Bisnis.com, JAKARTA -- PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berencana mengoperasikan pabrik produksi CPC dan pengolah alumina mulai 2019.
Presiden Komisaris Inalum Agus Tjahajana mengatakan ekspansi bisnis di sisi hulu berupa pembangunan pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina serta memproduksi calcined petroleum coke (CPC), sedangkan di sektor hilir diversifikasi produk beupa aluminium alloy.
Saat ini Inalum masih mengekspor bauksit mentah untuk diolah menjadi alumina. Ke depan perseroan ingin mengolah bauksit tersebut di dalam negeri sembari memproduksi CPC. Pabrik pengolahan (smelter) alumina ini berkapasitas 1,5 juta ton per tahun.
“Jadi nanti CPC dicampur alumina dan lain-lain lalu dicairkan jadilah ingot, kemudian ingot diproses lagi menjadi alloy,” katanya, di Jakarta, Selasa (28/10/2014).
Untuk memproduksi aluminium ingot sebanyak 250.000 ton, Inalum membutuhkan pasokan alumina sekitar 500.000 ton. Pada saat smelter aluminium ingot kapasitasnya menjadi 500.000 ton maka dibutuhkan 1 juta ton alumina.
Apabila Inalum memilikipabrik pengolahan alumina berkapasitas 1,5 juta ton, maka 1 juta ton akan diserap di dalam negeri dan 500.000 lainnya dijual ke luar. Nilai investasi smelter alumina diperkirakan US$3 miliar, sedangkan fasilitas produksi CPC sekitar US$30 juta dengan kapasitas sekitar 100.000 ton.