Bisnis.com, JAKARTA—Presiden terpilih Joko Widodo mengungkapkan prioritas kebijakan perdagangan paling mendesak pada pemerintahan yang baru kelak adalah mengawal pergeseran Indonesia menjadi negara indutsrialis yang pantang mengekspor barang mentah.
Hal itu diungkapkannya seusai pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) 2015, pameran perdagangan terakbar di Tanah Air. Bersamaan dengan masa transisi pemerintahan, TEI tahun ini pun menjadi cerminan dimulainya tren baru komoditas ekspor nonmigas RI.
“Pameran TEI ini memang menjadi sebuah promosi produk-produk Indonesia, terutama yang mempunyai kualitas sudah ekspor maupun akan ekspor. Hampir semua produk, kita punya. Artinya, kita memang punya kekuatan dan potensi,” katanya, Rabu (8/10/2014).
Namun, selaku bakal pemimpin Indonesia yang baru, Jokowi menyoroti masalah paling fatal yang masih membayangi perdagangan nonmigas RI adalah penjualan barang mentah ke luar negeri, seperti biji kopi, produk kayu, karet, kelapa sawit, dan hasil laut.
Untuk itu, dia menjanjikan pada masa pemerintahannya kelak keran ekspor produk mentah akan benar-benar ditutup rapat. “Kita harus pindah ke produk setengah jadi, syukur-syukur kalau bisa produk jadi, sehingga nilai tambahnya ada di Indonesia.”
Strategi yang akan digunakan pemerintah baru kelak, tuturnya, adalah menggenjot upaya promosi tidak hanya di dalam, tapi juga luar negeri secara lebih masif. Dia menyebut strategi tersebut sebagai langkah ‘menyerang pasar’.
“Itulah mengapa jangan hanya diplomat politik yang diperbanyak, tapi nantinya 80% duta besar RI harus masuk ke diplomasi ekonomi dan perdagangan dan memahami produk-produk kita,” tegasnya, menjelaskan langkah konkret yang akan digunakan untuk ekspansi pasar.
Melalui skema-skema perdagangan yang bakal semakin mengharamkan ekspor barang mentah, Jokowi optimistis dalam 3 tahun ke depan Indoensia sudah mampu menciutkan bahkan menghilangkan defisit neraca dagang dan mencapai pertumbuhan PDB di atas 7%.
“Kita harus mulai dari kopi, karet, kayu, kelapa sawit, rumput lain yang ekspornya masih raw material. Ini harus mulai disetop, semua produksinya harus di dalam negeri dan ekspornya harus barang jadi.”
Dia mencontohkan industri lain dapat mencontoh sektor otomotif yang sudah berhasil menggapai pertumbuhan ekspor yang tinggi dengan menggunakan 80% komponen lokal. Hanya saja, prestasi itu harus lebih dikembangkan dengan membangun merek nasional.