Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Industri Pertahanan Masih Terbatas

Selama 5 tahun ke depan kebutuhan lahan industri diperkirakan mencapai 5.000 hektar dibarengi perluasan area di luar Pulau Jawa.

Bisnis.com, JAKARTA—Selama 5 tahun ke depan kebutuhan lahan industri diperkirakan mencapai 5.000 hektar dibarengi perluasan area di luar Pulau Jawa.

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi mengatakan kebutuhan barang supporting dan peralatan yang tak menuntut high technology bisa dipenuhi dari dalam negeri.

"Dengan menganut doktrin defensif aktif, kita kan tidak perlu agresif membom. Yang kita butuh itu pesawat dan kapal kecil untuk melintas antar pulau," tuturnya, di Jakarta, Selasa (7/10/2014).

Dia mencontohkan beberapa peralatan yang dapat dibuat di dalam negeri, yaitu senapan serbu, produk pendukung, parasut, pakaian perang, baju dan helm anti peluru, senapan ringan, panser, serta kapal patroli kecil.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 mengamanatkan kemandirian di industri pertahanan. Kemandirian menuntut alat utama sistem persentajaan (alutsista) buatan Indonesia tak hanya bersaing dalam negeri tetapi juga di pasar global.

Regulasi tersebut membagi industri pertahanan menjadi empat kelompok, yaitu lead integrator atau industri utama (penghasil alat utama), industri komponen utama (penunjang), industri komponen (pendukung), dan industri bahan baku.

Budi mengaku tak bisa menjelaskan secara detil soal daya saing industri pertahanan nasional. "Barang militer tidak bisa terlalu terbuka, ada kode etiknya," ucap dia.

Yang pasti, pada akhir September 2014 industri galangan kapal di Batam menunjukkan tambahan kontribusi terhadap sektor pertahanan. Sejumlah satu kapal perang jenis patroli cepat (PC)-43 dan empat kapal kapal cepat rudal (KCR)-40 resmi memasok kebutuhan TNI AL.

Berdasarkan data Kementerian Pertahanan disebutkan perinciannya a.l. satu unit kapal PC-43 KRI Sidat-851 dan satu unit KCR-40 KRI terapang-648 diproduksi PT Citra Shipyars, Batam.

Selain itu tiga unit KCR-40 lain, yakni KRI Surik-645, KRI Siwar-646 dan KRI Parang-647 dibuat PT Palindo Marine Shipyard, Batam.

Satu kapal PC-43 dan satu unit KCR-40 akan memperkuat Komando Armada RI di kawasan timur (Koarmatim). Sementara tiga kapal KCR-40 lain untuk memperkuat jajaran Komando Armada RI di  kawasan barat (Koarmabar).

"Bahan baku [alat pertahanan] ada yang bisa dibuat di dalam negeri ada yang tidak. Alutsista itu kami tidak bisa terlalu terbuka menjelaskan, misalnya sampai ngomong kebutuhan dan bahan baku," ucap Budi.

Namun Kementerian Pertahanan dalam laman resminya menyatakan sebagian besar bahan baku kapal perang KCR-40 dipasok dari dalam negeri. Lambung kapal yang terbuat dari baja khusus high tensile steel, misalnya, diproduksi PT Krakatau Steel.

Saat ini jajaran alutsista TNI Angkatan Laut memiliki delapan kapal perang jenis KCR-40 buatan lokal. Sebelumnya empat kapal perang jenis KCR-40, yakni KRI Clurit 641, Kujang 642, Beladau 643, dan Alamang-644 dibuat PT Palindo Marine Shipyard.

Baru-baru ini TNI AL juga meningkatkan kerja sama pengadaan combat management system (CMS) dengan perusahaan lokal. PT Len Industri (Persero) melalui Unit Bisnis Elektronika Pertahanan memasok kebutuhan CMS untuk kapal perang RI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper