Bisnis.com, SURABAYA--Meski sudah menyiapkan diri dengan melakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk, pengusaha mainan di Jawa Timur masih khawatir dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Winata Riangsaputra, Ketua Bidang Mainan Kayu – APMI Jawa Timur, mengatakan kekhawatiran tersebut terjadi lantaran tahun depan akan ada kenaikan upah yang lebih dari 5%.
“Ini akan membuat industri mainan made in East Java akan kesusahan dalam menghadapi MEA,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (6/10/2014).
Winata memperkirakan bahwa perusahaan mainan dari Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia bakal menguasai pangsa di Indonesia, karena selain upah yang kompetitif dan produktivias pekerja di Asean sangat mendukung industri mainan.
“Ketika banyak produk Asean masuk ke Indonesia, pengusaha mainan Indonesia semakin terjepit, mau ekspor susah mau domestik juga susah,” ujarnya.
Dia mengakui pertumbuhan industri mainan kayu di Jatim tahun ini pun tidak terlalu bagus karena adanya kenaikan upah yang cukup tinggi tersebut.
“Produktivitas kami kalah dengan negara lain, hal ini mengakibatkan daya saing industri mainan Indonesia cukup berat,” imbuh Winata.
Selain menerapkan SNI sebagai upaya menghadapi MEA, pengusaha mainan juga meminta agar pemerintah proaktif dalam pengawasan peredaran mainan. Namun pengawasan jangan hanya di mal atau pusat belanja modern melainkan juga menyasar pasar tradisonal.