Bisnis.com, SEMARANG — Pelaku industri properti optimis penjualan perumahan menengah di Semarang akan tumbuh 10% kendati masih terjadi fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar AS dan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Direktur Marketing Graha Candi Golf Semarang Wibowo Tedjosukmono memaparkan pasar properti terus bertumbuh setiap tahun. Hal itu juga didukung dengan permintaan konsumen di Semarang yang cenderung meningkat.
Wibowo memaparkan pelemahan rupiah dan kenaikan BBM akan berpengaruh terhadap penjualan property. “Namun itu [pengaruhnya] di awal, yang jelas tidak berpengaruh signifikan. Dan kami optimis pasar perumahan menengah akan tumbuh 10%,” paparnya saat ditemui Bisnis, Senin (6/10/2014).
Wibowo mengatakan karakteristik penjualan properti di Semarang cenderung stabil setiap tahun. Beda halnya dengan pasar properti di Jakarta dan Surabaya yang meningkat tajam. “Jika menurun juga terlihat cukup tajam,” papar dia.
Menurutnya, ceruk pasar menengah jarang tergarap oleh para pengembang. Oleh karean itu, kata dia, Graha Candi Golf melihat peluang tersebut sebagai market yang menggiurkan.
Setiap tahun, kata dia, perusahaan yang dikelolanya membangun klaster baru untuk memenuhi permintaan konsumen. “Tahun ini kami kembangkan klaster Green Rivera yang sekarang terjual hampir 90%. Rencana tahun depan kami kembangkan lagi klaster baru,” ujarnya.
Green Rivera menempati area seluas 10 hektar, dengan penjualan hingga September mencapai 70 unit dari. 80 unit yang dipasarkan pada tahap I mulai dari tipe 65/144 dan tipe 130/160.
Dari 70 unit rumah yang sudah laku terjual, ujar Wibowo, sebagian digunakan investasi dan sebagian akan ditempati sendiri. Adapun para pembelinya, mayoritas dari Semarang, Kudus, Pekalongan, dan sekitarnya.
Anggota DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi Juremi mengatakan kebutuhan rumah di Jateng cukup tinggi. Menurutnya, masih banyak rumah tangga baru yang belum memiliki rumah secara mandiri.
REI Jateng memprediksi angka backlog atau kekurangan rumah pada tahun ini bisa mencapai 1 juta unit seiring dengan kenaikan harga rumah sekitar 5%-10% karena pengaruh kenaikan tarif dasar listrik dan rencana kenaikan harga BBM.
Kendati ada gejolak kenaikan komoditas tertentu, dia mengatakan penjualan rumah kelas menengah banyak diminati oleh warga Semarang. Sementara beberapa kota lain di area Jawa Tengah belum terlalu mendominasi.“Harganya rumah pasar menengah itu berkisar Rp1 miliar, tapi orang masih saja tertarik,” kata dia.
Kepala BPPT (Badan Pelayanan Perizinan Terpadu) Kota Semarang Sri Martini mengakui sektor perdagangan dan jasa menjadi sorotan bagi investor untuk mengembangkan bisnis di Kota Semarang. Hal itu terlihat dari menjamurnya pembangunan hotel, mal dan perumahan di kota tersebut.
“Memang pertumbuhan sektor tersebut di Semarang ini sangat luar biasa, salah satunya yang mengalami pertumbuhan baik adalah properti,” ujar Sri Martini.
Dia mengatakan wilayah Semarang menjadi daya tarik investor untuk mengembangkan bisnis properti. Pihaknya juga tidak membatasi wilayah pengembangan properti asalkan sesuai dengan peraturan daerah (perda) rencana tata ruang wilayah (RTRW).