Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) memperkirakan perputaran bisnis alat kesehatan (alkes) setiap tahun tumbuh sekitar 10% - 12% terdorong dari membaiknya daya beli masyarakat lantas meningkatkan kesadaran akan kesehatan.
Ketua Badan SDM dan Pelatihan Gabungan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia Budi Prasetyo mengatakan dari total omset pasar farmasi Rp54 triliun setahun, omset alkes setara separuhnya.
Pelaku industri alat kesehatan menginginkan pemerintah dapat membimbing serta mengembangkan bisnis mereka. Oleh karena itu pemerintah perlu memfasilitasi aktivitas riset dan pengembangan produk melalui R&D.
“Kami masukkan soal perlunya R&D ini dalam undang-undang tentang kesehatan dan alat kesehatan. Kami minta agar kami dibimbing dan dikembangkan,” kata Budi, di Jakarta, Kamis (11/9/2014).
Produsen alat kesehatan pada umumnnya berskala perusahaan bukan usaha kecil menengah. Pasalnya untuk bisa beroperasi, produsen alkes harus lolos sertifikasi. Totalnya ada 72 perusahaan alat kesehatan di dalam negeri.
Kendati pangsa pasar produsen alkes lokal di negeri sendiri cuma 6% tetapi pebisnis di sektor ini sudah merambah pasar global. Pada umumnya baru pada tahap ekspor komponen alkes. Kemudian dimanufaktur di luar negeri lantas dijual lagi ke Indonesia dengan nilai tambah lebih tinggi.
“Utilisasi pabrik produsen alkes sekitar sekitar 70% sampai 80%,” tutur Budi.
Selain menjabat ketua badan SDM dan pelatihan Gakeslab, Budi juga menduduki kursi komisaris PT Sarandi Karya Nugraha, salah satu produsen alat kesehatan yang ada di dalam negeri.
Sejatinya produsen alkes lokal tidak hanya mengekspor komponen tetapi produk secara utuh, misalnya meja operasi. Sarandi Karya Nugraha adalah salah satu eksportir dengan kapasitas suplai sekitar 200 - 260 unit per tahun kepada Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).