Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Perindustrian meminta pemerintah Korea Selatan memanggil kembali Lotte Chemical Corp. agar melanjutkan rencana investasinya.
Perusahaan yang dulu bernama Honam Petrochemical Corp. ini menahan aliran kapital ke Indonesia lantaran kondisi pasar tak mendukung.
“Sekarang lahan di Indonesia sudah available. Kalau Honam masuk nanti produk turunan dari petrokimianya banyak, melibatkan sekitar 10 sampai 15 perusahaan,” ujar Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, di Jakarta, Selasa (19/8/2014).
Keputusan Lotte menunda investasi sejatinya lebih disebabkan pasar petrokimia yang dinilai kurang bagus sehingga keuntungan dari membangun kompleks petrokimia tak banyak.
Platts Index Petrochemical Global (PGPI) mencatat harga petrokimia global mengalami pertumbuhan sebesar 2% pada menjadi US$1.387 per metrik ton dari US$1.360 per metrik ton pada Mei 2014.
Kondisi itu merupakan kenaikan harga petrokimia untuk pertama kali dalam lima bulan terakhir.
Hal ini menunjukkan adanya profit di pasar nafta dan minyak mentah.
Lonjakan harga tertinggi terjadi di pasar global paraxylene sebesar 10% menjadi US$1.271 per metrik ton.
Penundaan investasi Lotte berlangsung sejak lebih dari dua tahun silam.
Korporat hendak membangun komplek pabrik petrokimia. Tapi negosiasi dengan PT Kratakatu Steel selaku pemilik lahan berlangsung alot, sehingga proyek ini tertunda meskipun penyebab utama penundaan lebih kepada kondisi pasar.
“[Respon duta besar Korsel soal Lotte] katanya, dirinya akan segera mengkomunikasikan ini [kepada pihak terkait],” kata Hidayat.
Belum lama ini Direktur Utama Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim menyatakan perhitungan lahan yang akan digunakan Lotte oleh lembaga penilai yang ditunjuk sudah kelar. Perseroan tengah menunggu Lotte menindaklanjuti rencana investasinya.