Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produk Impor Lebih Murah, Petani Tidak Tertarik Tanam Kedelai

Kementerian Pertanian (Kementan) menilai penurunan 200.000 ton produksi kedelai sejak 2009 tidak disebabkan oleh buruknya varietas benih kedelai dalam negeri.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian menilai penurunan 200.000 ton produksi kedelai sejak 2009 tidak disebabkan oleh buruknya varietas benih kedelai dalam negeri.

Direktur Pembenihan Ditjen Tanaman Pangan Kementan Bambang Budianto mengatakan varietas benih kedelai yang petani miliki cukup bagus.

Pemerintah bahkan telah memberikan subsidi berkelanjutan berupa bantuan sosial seluas 200.000 hektare lahan dan belanja benih 78.000 hektare guna menggenjot penaikan produksi tahun ini. 

Menurut Bambang, masalahnya terletak harga impor kedelai yang lebih murah, sehingga petani tidak berpikir untuk meningkatkan produktivitas kedelai.

“Padahal sudah diberikan biaya penuh untuk produksi, kok masih rendah? Karena masalahnya sulit untuk mencapai 1 juta hektare lagi agar petani menanam,” katanya dalam Journalist Class: Membahas Dinamika dan Data Kedaulatan Pangan, Jakarta, Rabu (13/8/2014).

Dia menambahkan kuota impor kedelai tidak bisa diselesaikan dalam waktu dekat, “Karena memang tidak menarik memproduksi kedelai sebab harga impor lebih murah untuk petani, produktivitas masih rendah sehingga persoalan ini tidak bisa diselesaikan dengan mudah."

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan pembukaan kran impor kedelai akibat tekanan IMF pada 2000 menjadi awal implementasi swasembada kedelai tidak tercapai.

“Saat itu pada 2000, harga kedelai internasional Rp1.950/kg, sedangkan biaya produksi Rp 2.500/kg. Dan itu dibiarkan sampai saat ini, harga kedelai impor mencapai Rp5.654/kg sementara biaya produksi mencapai Rp7.500/kg pada 2013,” jelasnya.

Dwi menambahkan pemerintah memang mencoba membantu dengan menetapkan harga beli pemerintah (HBP) menjadi Rp7.600/kg, namun dia menilai harga tersebut masih tidak adil untuk petani. “Karena ongkos petani saja sudah Rp7500/kg, kita tidak bisa berharap banyak dari situ,” katanya.

Dia berharap pemerintahan baru dapat membuat kedelai dalam negeri berjaya dan mulai menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor.

“Potensinya ada karena kedelai kita non GMO [Genetically Modified Organisms], tetapi dengan harga Rp7.600 rasanya masih jauh. Pemerintah kedepan diharapkan bisa membantu kedelai ini,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Irene Agustine
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper