Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembahasan Teknis Gas untuk Ferrostaal Usai Lebaran

Pemerintah berencana membahas teknis proyek pembangunan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat di level eselon I Kementerian Perekonomian selepas Lebaran 2014. Pembicaraan berfokus kepada jaminan pasokan gas.

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah berencana membahas teknis proyek pembangunan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat di level eselon I Kementerian Perekonomian selepas Lebaran 2014. Pembicaraan berfokus kepada jaminan pasokan gas.

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan sejalan itu Ferrostaal Industrial Projects GmbH, selaku pengembang  proyek, juga diminta melakukan koordinasi dengan industri pupuk yang ada di Bintuni.

”Di Bintuni ada industri pupuk jadi kami harap bisa bersinergi dengan Pupuk Indonesia dalam pemanfaatkan fasilitas yang ada agar optimal,” tuturnya ditemui seusai forum diskusi Kadin, di Jakarta, Selasa (22/7/2014).

Proyek pengembangan komplek pabrik petrokimia oleh Ferrostaal bersama PT Chandra Astri Petrochemical Tbk belum mendapatkan jaminan pasokan gas. Terkait dengan hal ini Kementerian Perindustrian akhirnya menyurati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Merespon surat tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen menanggapi serius perkara suplai gas untuk Ferrostaal. Menteri ESDM Jero Wacik dikabarkan akan memberikan jaminan pasok ke pabrik petrokimia di Bintuni paling lambat pada 2018.

“Mudah-mudahan dalam waktu cepat sudah ada keputusan. Kami harapkan sebelum kabinet ini berakhir sudah selesai,” ucap Harjanto.

Pemerintah meyakini proyek komplek pabrik petrokimia ini tetap terealisasi sesuai target pada 2019. Ferrostaal kembali menemui Menteri Perindustrian M.S. Hidayat di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (21/7/2014) sore untuk mempertanyakan soal masalah gas ini.

Pembangunan komplek pabrik petrokimia di Bintuni ini menelan investasi US$1,8 miliar. Ferrostaal akan mendirikan pabrik metanol berbahan baku gas bumi yang hasilnya dipakai sebagai bahan baku di pabrik polipropilena.

Kapasitas terpasang pabrik methanol dipatok 400.000 ton per tahun, sedangkan pabrik etilena sejumlah 175.000 ton per tahun. Kemitraan Ferrostaal dengan Chandra Asri untuk melakukan studi kelayakan tertera dalam nota kesepahaman (MoU) kedua pihak pada Kamis (18/7/2013).

“Perlu sinergi dengan industri pupuk yang ada dengan memanfaatkan infrastruktur sampai ke produk yang akan dihasilkan. Kami harapkan juga bisa ada proses pendahuluan dengan pupuk Indonesia bagaimana merealisasikan ini,” ujar Harjanto.

Ferrostaal dikabarkan mulai naik pitam lantaran tak kunjung ada titik terang soal pasokan gas ke pabriknya. Tapi Kemenperin membantah kabar yang menyebutkan Ferrostaal berniat membatalkan rencana inventasinya di Indonesia.

Oleh karena itu Menteri Perindustrian M.S. Hidayat  mengirim surat kepada presiden yang ditanggapi Kementerian ESDM.

“Dia (Jero Wacik) berjanji untuk menanggapi secara konkret bahwa pada 2018 pasokan gas untuk Teluk Bintuni sudah ada. Dia minta saya merinci kebutuhan gas di sana agar dia bisa rapatkan bersama timnya,” kata dia.

Pemerintah memang berencana mengembangkan kawasan industri di Teluk Bintuni. Pada awalnya kawasan industri akan difokuskan untuk industri pupuk dan petrokimia tetapi sekaran akan meluas menjadi industri perkebunan sawit dan pengolahan sawit.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper