Bisnis.com, JAKARTA — Industri hotel pada semester II/2014 diprediksi kembali stabil dan bangkit dari kelesuan.
Penentu dari bangkitnya pasar properti secara umum terjadi setelah pengumuman resmi presiden RI oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli esok.
Wakil Ketua Bidang Investasi, Perizinan dan Pengembangan Usaha Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan kondisi pasar sedang menanti kemenangan Joko Widodo untuk kembali melakukan investasi dan transaksi di sektor hotel.
“Kami lakukan survey pada para pengembang dan investor di seluruh Indonesia, mereka mengklaim jika Jokowi Presidennya, keadaan pasar akan aman dan tidak terlalu banyak masalah,” katanya saat ditemui Bisnis, Senin (21/7) di sela-sela kunjungan Joko Widodo di Wisma Bisnis Indonesia.
Survey tersebut juga mengatakan sebaliknya jika Prabowo Subianto yang bakal menjadi presiden, pengembang dan investor masih akan wait and see.
Namun, meskipun demikian, investasi di hotel akan mengalami kenaikan sedikit demi sedikit.
Tak hanya itu, okupansi hotel juga akan terkerek mulai Agustus baik okupansi dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Hariyadi mengungkapkan bertambahnya okupansi didasari oleh wisatawan asing yang merayakan liburan musim panas di Indonesia.
Selain itu, kondisi krisis di Thailand juga mendongkrak wisatawan asing yang memilih Indonesia sebagai destinasi wisata dan penginapan.
Hal ini juga harus ditambah dengan kabar pemilu di Indonesia yang berjalan damai dan tanpa kerusuhan. Efek dari pemberitaan tersebut akan mendunia dan menjadi konsumsi Internasioanl
“Saya sebagai pelaku usaha optimistis jika Bulan Agustus merupakan titik balik dari industri hotel,” katanya.
Untuk 6 bulan ke depan, ujar Hariyadi, pasar hotel akan menunjukkan sinyal positif, agresif dan akan ada semangat baru terlebih lagi jika presiden pilihan pasar naik menjadi RI1.
Tidak hanya hotel berbintang saja yang akan disasar konsumen, tetapi hotel bujet juga akan tetap menarik untuk dilirik terutama di kota-kota besar.
“Investor, pengembang dan konsumen sudah menahan selama 7 bulan untuk tidak berinvestasi maupun bertransaksi, kini sudah waktunya mereka tinggalkan ketidakpastian tersebut,”