Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah akan merevisi angka estimasi pertumbuhan ekonomi untuk 2014.
Hal itu merespons laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat (slowdown) pada kuartal I/2014.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menargetkan pertumbuhan sebesar 5,7%.
Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, meski belum menemukan prediksi jelas, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan lebih dri 5,5%. Pasalnya, pelarangan impor mineral menjatuhkan nilai ekspor, jauh di luar prediksi Chatib.
"Dalam beberapa hari ini, kita (Kemenkeu) akan bahas, untuk dapat berapa nilainya (prediksi pertumbuhan ekonomi). Dari perkiraan BI dan Bappenas, saya kira di dalam range itu. Saya belum bisa pastikan (pertumbuhan) 5,5%, tapi tidak mungkin di atas itu,” kata Chatib, Jumat (9/5)/2014.
Sebelumnya, Bank Indonesia pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, menjadi 5,1 - 5,5% dari sebelumnya, 5,5 - 5,9%. Adapun prediksi Bappenas adalah 5,3-5,5%.
Terjadinya slowdown pada kuartal pertama tahun ini juga mengakibat beberapa hal krusial. Yang paling terasa, menurut bekas ketua BKPM ini adalah penurunan angka penciptaan lapangan kerja. Selain itu, negara harus bersiap dengan pengurangan pada nilai revenue pajak.
Untuk itu, sebelum masa kepemimpinannya berakhir di pemerintahan SBY ini, Chatib mengaku Kementerian Keuangan tengah fokus menjaga nilai defisit tidak lebih dari 2,5% dan menjaga kebijakan fiskal. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah memangkas pengeluaran pemerintah. Meski efektif, Chatib mengaku tidak kn memangkas subsidi BBM karena tahun ini merupakan tahun politik.
Menanggapi kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan BI Rate sebesar 7,5%, Chatib menyambut baik ketetapan ini. Pasalnya, terjadinya slowdown dinilai bukan karena pengetatan kebijakan.
“Saya welcome BI mempertahankan rate-nya. Memang yang terjadi (slowdown) bukan karena pengetatan kebijakan, tapi memang pilihan pemerintah sebagai implementasi pelarangan ekspor,” katanya.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Indonesi Lana Sulistianingsih menyampaikan, ia tak heran dengan prediksi Chatib mengenai pertumbuhan 2014 tak lebih dari 5,5%. Menirutnya, pertumbuhan bahkan bisa di bawah nilai tersebut.
"Sampai saat ini, tingkat pinjaman di bank masih 20%, harus diturunkan menjadi 15-17%. Usaha penurunan itu akan berdampak melambatkan pertumbuhan. Selain itu, untuk mengimbangi ekspor, pemerintah mungkin akan menekan impor. Jika impor ditekan, produksi akan meniurun," kata Lana saat dihubungi Bisnis.
Menurut Lana, pemerintah memiliki kuasa penuh untuk mengelola impor, namun ekspor, tergantung pada kondisi di luar negeri.