Bisnis.com, JAKARTA—Kontribusi ekspor dari perusahaan yang mendapatkan fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) sepanjang kuartal I/2013 hanya sebesar Rp33 triliun, atau tumbuh tipis 3,12% dari kuartal IV/2013 sebesar Rp32 triliun.
Direktur Fasilitas Kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan kecilnya kontribusi ekspor disebabkan pengusaha yang mendapatkan fasilitas KITE masih membutuhkan waktu untuk mengolah bahan baku penolong untuk menjadi barang yang siap dieskpor.
“Ada yang 3 bulan, ada yang 6 bulan, macam-macam lah. Jadi memang kebijakan baru terhadap fasilitas KITE ini belum akan terlihat signifikan dalam waktu dekat. Tapi, kami yakin pengguna KITE bisa menjadi salah satu tulang punggung ekspor,” katanya, Selasa (15/4/2014).
Heru menuturkan penguatan ekspor pun juga membutuhkan adanya promosi terhadap negara-negara tujuan ekspor, terutama nontradisional. Menurutnya, pemerintah perlu menjamin adanya permintaan dari luar negeri, sehingga menarik minat pengusaha menggenjot produksinya.
Dia optimistis fasilitas KITE yang baru ini dapat berhasil mengerek eskpor. Hal itu dikarenakan respon yang positif dari pengusaha dalam negeri yang mengajukan proposal fasilitas KITE. Seperti diketahui, sebanyak 45 perusahaan telah mengajukan fasilitas KITE sejak Februari 2014.
“Saya yakin dampaknya terhadap ekspor akan mulai terasa signifikan pada tahun ini. Tetapi, dengan catatan kondisi perekonomian dunia harus kondusif, terutama terhadap negara-negara tujuan ekspor Indonesia,” tuturnya.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, nilai total impor perusahaan nomor induk perusahaan (NIPER) pembebasan per Maret 2014 sebesar Rp1,81 triliun. Industri kendaraan bermotor dan komponennya menjadi penyumbang terbesar, yakni Rp667 miliar.
Sementara, nilai total impor perusahaan NIPER pengembalian per Maret 2014 sebesar Rp1,12 triliun. Industri makanan dan olahan menjadi penyumbang terbesar, yakni Rp488 miliar. Disusul, industri ban sebesar Rp239 triliun.
Sedangkan, nilai total ekspor perusahaan NIPER per Maret 2014 mencapai Rp10,93 triliun. Industri kendaraan bermotor dan komponennya menjadi penyumbang terbesar ekspor sebesar Rp3,66 triliun. Disusul, industri kertas, barang dari kertas, percetakan kertas sebesar Rp3,12 triliun.