Bisnis.com, KUALA LUMPUR—Malaysia kian mengukuhkan diri sebagai negara Asean yang terdepan dalam hal standardisasi produk halal.
Negeri Jiran itu bahkan menargetkan diri sebagai pusat pasar halal dunia pada 2020. Pasar halal internaisonal sendiri saat ini memiliki potensi sebesar US$2,3 triliun per tahun.
Melalui perhelatan Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2014, negara tetangga Indonesia itu berkomitmen mengukuhkan diri sebagai basis perdagangan halal dunia, dengan sertifikasi dan pelabelan yang telah diakui secara global.
Deputi Direktur Unit Komunikasi Korporasi MATRADE Wan Azhamudin Hj Jusoh menjelaskan Malaysia telah menjadi pemain terdepan dalam industri halal. Terbukti, melalui MIHAS saja, Negeri Jiran mampu meraup total transaksi senilai 800juta ringgit tahun lalu.
“Tahun ini ada 386 buyer asing dan 278 buyer Malaysia, dengan 3.338 pertemuan bisnis. Partisipan terbanyak datang dari China, Mongolia, Indonesia, dan Korea. Tahun ini akan menjadi tahun pertama untuk Arab Saudi,” jelasnya, Selasa (8/4/2014).
Saat Indonesia masih bergelut dengan permasalahan siapa yang paling layak menerbitkan setifikasi halal, orientasi Malaysia telah selangkah lebih maju dengan melebarkan sayap industri halal bukan hanya ke sektor konsumsi, tapi juga jasa.
“Pasar halal menjadi penting untuk kami. Dengan nilai US$2,3 triliun, siapapun ingin terlibat di dalamnya, termasuk Singapura, Thailand, bahkan Brazil, dan negara-negara Eropa. Di Malaysia, halal bukan hanya untuk makanan, tapi jasa. Kami adalah yang terdepan di dunia dalam hal sukuk,” lanjut Wan Azhamudin.
Adapun, 6 sektor kunci yang akan ditonjolkan selama MIHAS 2014 adalah makanan dan minuman, bahan pangan, produk farmasi dan herbal, kosmetik dan alat kesehatan, perbankan dan keuangan, serta permesinan dan pengemasan pangan.