BIsnis.com, CITEUREUP - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, sebagai salah satu produsen terbesar semen, memprakirakan permintaan domestik akan tumbuh lebih jauh ketimbang sebelumnya.
"Lebih banyaknya proyek infrastruktur akan direalisasikan dan pasar real estat untuk residensial dan komersial diharapkan tumbuh secara moderat," kata Sekretaris Perusahaan Indocement Sahat Panggabean di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/3/2014).
Karena itu, kata dia, pada 2014 perseroan percaya bahwa permintaan domestik akan terus tumbuh lebih tinggi.
Untuk itu, guna menangkap pertumbuhan pasar, katanya, perseroan secara strategis memosisikan diri untuk meningkatkan kapasitas saat ini dengan satu "brownfield project" dan dua "greenfield project".
Terkait itu, ia menjelaskan bahwa pada 25 Maret 2013, perseroan menandatangani perjanjian dengan Tianjin Cement Industry Design & Research Institute Co. Ltd dari China tentang penyediaan peralatan serta enjiniring bagi proyek pabrik baru di Citeureup dengan kapasitas 4,4 juta ton. Kegiatan "ground breaking" telah dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2013. Dikemukakan, keseluruhan nilai dari pabrik baru diperkirakan antara Rp5,5-6,5 triliun.
Di samping itu, perseroan juga dalam tahap persiapan untuk proses perizinan untuk dua pabrik semen baru (greenfield) dengan kapasitas produksi masing-masing sekurang-kurangnya 2,5 juta ton semen per tahun, yakni satu pabrik di Jawa Tengah dan yang lainnya di luar Jawa.
Sementara itu, Direktur Utama Indocement Daniel Lavalle mengakui bahwa tahun 2013 merupakan satu tantangan bagi ekonomi global pada umumnya dan perekonomian Indonesia pada khususnya.
"Pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) Indonesia sebesar 5,8 persen telah mendorong industri semen ke arah pertumbuhan yang menggembirakan dan pertumbuhan yang lebih kompetitif," katanya.
Ia mengatakan bahwa selama 2013, perseroan dihadapkan dengan tingkat persaingan yang lebih tajam, dengan masuknya pemain baru ke pasar dan program ekspansi pemain yang sudah ada.
Sejumlah pesaing baru, katanya, telah memasuki pasar dengan mengimpor semen dari negara terdekat.
Bahkan, katanya, perusahaan lain telah menyatakan niat mereka untuk memasuki pasar semen di Indonesia. "Ini bisa mengubah pasar di tahun-tahun mendatang," katanya.
Tantangan lain, menurut Daniel Lavalle, datang dari depresiasi rupiah, yang memberi tekanan pada biaya produksi.
Karena itu, kata dia, Indocement telah mempertahankan kebijakan strategis, difokuskan terutama pada mempertahankan marjin dan secara ketat menerapkan langkah-langkah efisiensi biaya.
"Sepanjang 2013, pelaksanaan kebijakan ini berhasil meningkatkan dan memperluas bisnis perusahaan kami," katanya.
Sementara itu, Sahat Panggabean menambahkan bahwa per 31 Desember 2013, perseroan membukukan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas sejumlah Rp12.595,2 miliar karena kuatnya arus kas yang dihasilkan dari operasional dan upaya manajemen untuk meningkatkan pengelolaan modal kerja.
Untuk belanja modal pada 2013 adalah Rp2.199,8 miliar, di mana mayoritas dari belanja modal adalah dalam kategori belanja modal ekspansi dengan "vertical raw mill" yang baru dengan kapasitas 1,9 juta ton, dan dimulainya "brownfield project", keduanya berlokasi di Citeureup.
Selain itu, juga investasi pada "batching plant" dan truk mixer yang baru, serta tambahan tambang agregat untuk mendukung ekspansi strategis pada bidang usaha beton siap-pakai.(Antara)
Permintaan Semen Tahun Ini Bakal Tumbuh
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, sebagai salah satu produsen terbesar semen, memprakirakan permintaan domestik akan tumbuh lebih jauh ketimbang sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
16 menit yang lalu
Kemenhub Buka Suara Soal Proyek Bandara Bali Utara
22 menit yang lalu
MIND ID Target Setor Rp20,9 Triliun ke Negara pada 2029
26 menit yang lalu
Ditjen Pajak Bantah Tak Terbuka soal Kenaikan PPN Jadi 12%
1 jam yang lalu