Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dan Bank Indonesia berjanji menjaga stabilitas makroekonomi untuk mengurangi risiko pembalikan arus modal atau sudden reversal.
Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan arus modal masuk (capital inflow) cukup deras akhir-akhir ini karena Indonesia dianggap berisiko rendah seiring penciutan defisit transaksi berjalan pada akhir tahun lalu.
Situasi ini dinilai kondusif di tengah sentimen positif investor terhadap emerging market akhir-akhir ini.
BI mencatat capital inflow di pasar keuangan hingga Februari 2014 mencapai US$2,3 miliar setara Rp34,6, triliun, naik hampir 16% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
“Sudden reversal bisa terjadi kapan pun, di negara manapun. Sekarang tinggal kekuatan kita untuk menangkal itu,” katanya, Kamis (13/3/2014).
Perluasan basis investor domestik tengah dilakukan otoritas fiskal untuk mengurangi ketergantungan terhadap investor asing, misalnya melalui rencana penerbitan saving bond paruh pertama tahun ini.
Di sisi lain, pemerintah menyiapkan bond stabilization framework (BSF) dan bilateral swap agreement (BSA) untuk mengantisipasi gejolak akibat sudden reversal.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan inisiatif untuk pendalaman pasar terus dilakukan. Sejauh ini, bank sentral sudah mengeluarkan beberapa instrumen untuk mendalami pasar, a.l. forex swap, mini repo agreement dan swap hedging.
Dia mencontohkan likuiditas valas kini meningkat, terlihat dari volume interbank forex swap yang kini mencapai US$5,5 miliar-US$5,8 miliar per dolar, signifikan dibandingkan dengan tahun lalu US$200 juta-US$500 juta per hari.
Di sisi lain, bank sentral pun akan menjaga stabilitas makroekonomi untuk menjaga kepercayaan investor. “Saya ingin teruskan reformasi struktural yang terus berjalan. Kita masuki 2014, ada pemilu, dan kami akan menjaga tren yang sudah baik,” ujarnya.