Bisnis.com, JAKARTA--Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan ekonomi dunia yang normal adalah dunia tanpa fasilitas quantitative easing (QE) dari Amerika Serikat.
"Selama 2010-2013 adalah kondisi ketika keuangan global tidak normal karena disuntik begitu banyak arus uang dari AS karena quantitative easing," ujarnya dalam sebuah seminar yang digelar Sucorinvest di Jakarta, Kamis (6/3/2014).
Kebijakan itu membuat arus modal mengalir dari negara maju ke emerging market. Menurut Wamenkeu, ketika QE atau pelonggaran kuantitatif itu dikurangi pelan-pelan, terjadi arus balik dana dari emerging market ke ekonomi yang lebih maju.
Dia mengingatkan bahwa kondisi arus balik ini akan dihadapi oleh Indonesia dan emerging market dalam jangka menengah atau bahkan dalam jangka panjang.
"Kita tidak bisa berharap AS kuncurkan dana terus. Quantitative easing itu kan biayanya mahal," tambahnya.
Dia menjelaskan QE ditempuh AS karena ingin ekonominya tumbuh dan pengangguran berkurang. Ketika tujuan itu telah tercapai maka wajar stimulus ditarik. "Sebab biayanya mahal," tambah Wamenkeu.