Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Diminta Bantu Stabilkan Harga Bahan Bangunan

Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) meminta Kementerian Perindustrian melakukan koordinasi dengan pelaku industri manufaktur guna menjaga kestabilan harga bahan baku konstruksi.
Proyek konstruksi/Bisnis
Proyek konstruksi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) meminta Kementerian Perindustrian melakukan koordinasi dengan pelaku industri manufaktur guna menjaga kestabilan harga bahan baku konstruksi.

Sekretaris Jenderal Gapensi Andi Rukman N. Karumpa mengatakan pelaku pelaksana konstruksi tengah mendapatkan tantangan besar sejak beberapa tahun terakhir, mulai dari kenaikan suku bunga, kelangkaan bahan baku, ketidakstabilan harga bahan baku, hingga membengkaknya biaya proyek. Menurutnya, masalah paling mendesak yang harus dilaksanakan adalah mengenai pasok rantai ketersediaan material dan kestabilan harga.

Pasalnya, yang terjadi saat ini, harga bahan baku konstruksi seperti semen, keramik, besi baja, dan aspal pada awal tahun selalu berbeda ketika di akhir tahun. "Padahal kan kami tender itu Maret, April, dan Mei, tetapi pada akhir tahun harga sudah berubah, sudah tidak sesuai lagi. Harga bahan konstruksi itu sudah pada meningkat drastis," kata Andi di kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (4/3/2014).

Oleh sebab itu, pihaknya berharap Kementerian Perindustrian menindaklanjuti hal ini ke pelaku industri secara langsung. Menurut Andi, ketidastabilan harga dan tidak tersedianya bahan baku ini bisa mengakibatkan proyek-proyek yang ada menjadi mangkrak.

"Ya karena akhir tahun harga melonjak drastis. Sementara, kami juga punya target untuk menyelesaikan proyek, yakni pada 31 Desember. Jadi, mau tidak mau, meski harga bahan baku selangit, tetap harus dibeli, biaya proyek jadi mahal," tambah Andi.

Dia memperkirakan, kenaikan harga bahan baku konstruksi tersebut bisa naik dengan kisaran 5%-20%. Menurutnya, kenaikan tersebut cukup tinggi. Adapun puncak kenaikan harga biasanya terjadi pada September hingga Desember.

Akibat ketidakstabilan harga tersebut, kata Andi, seringkali hasil proyek tidak mencapai hasil dengan kualitas sempurna. "Soalnya awalnya pengusaha ingin untung, tetapi menjadi buntung. Ini jadi memunculkan pengusaha nakal, maka itu kami minta harga tetap stabil."

Pada sisi lain, pihaknya cukup paham bahwa alasan kenaikan harga tersebut lantaran kondisi yang menimpa kalangan industri saat ini, mulai dari kenaikan upah hingga kenaikan tarif listrik industri. Oleh sebab itu, pihaknya menginginkan ketegasan dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan industri agar tidak membuat anjlok sektor yang lainnya.

Selain ketidakstabilan harga, ketersediaan bahan baku di beberapa daerah juga menjadi persoalan. Dia mencontohkan, di Pulau Jawa seringkali kehabisan aspal. "Kadang lagi giat menggenjot pembangunan, eh aspal habis. Keramik jenis tertentu juga sering kali kurang."

Andi menilai, selain tingginya permintaan bahan baku tersebut, dia mengendus adanya ulah permainan spekulan yang membuat pasokan menjadi langka. Hal ini biasanya terjadi pada tingkat trader. Oleh sebab itu, pihaknya juga meminta Menteri Perindustrian untuk melihat masalah ini.

"Yang pasti bukan karena adanya impor. Sejak pertama, kami minta semua bahan baku diproduksi di dalam negeri, kalau dari segi kualitas produksi dalam negeri sudah jauh lebih bagus," kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper