Bisnis.com, JAKARTA--Pertumbuhan industri logam dasar ditargetkan bisa mencapai 12% seiring dengan mulai beroperasinya beberapa pabrik di dalam negeri. Target pertumbuhan tersebut cukup ambisius melihat pertumbuhan produksi pada 2012 yang 8,48%.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan pemerintah menjadikan industri logam dasar sebagai pionir tahun ini. Pada 2012, pertumbuhan produksi logam dasar memang turun 8,48%, tetapi pada 2013, pertumbuhan produksi merangkak jauh dengan tumbuh 10,57%.
"Tahun ini bisa mendekati 12% karena menghitung pabrik baja yang baru diresmikan akhir 2013 lalu. Kemudian ada beberapa investor yang juga sudah mengajukan ke BKPM, ke depan industri ini terus meningkat," ujarnya di Jakarta, Kamis (13/2).
Sepanjang 2013, industri logam dasar memberikan kontribusi investasi yang cukup besar dibandingkan dengan sektor yang lain. Beberapa hasilnya a.l di sektor industri baja, telah beroperasinya PT Meratus Jaya Iron&Steel secara komersial dengan investasi Rp1,17 triliun.
Telah beroperasinya PT Indoferro secara komersial di Cilegon dengan investasi US$110 juta, tekah dilakukannya ground breaking PT Batulicin Steel dengan investasi US$1,5 miliar.
Kemudian, pembangunan PT Krakatau Posco tahap 1 dengan nilai investasi US$3 miliar, rencana pembangunan pabrik pengolahan pasir besi PT Jogja Magasa Iron dengan investas US1,2 miliar. Rencana investasi PT sebuku Lateritic Iron&Steel dengan investasi US$1 miliar dan rencana investasi PT Delta Prima Steel dengan nilai investasi Rp1,2 miliar.
Sementara itu, investasi di sektor industri aluminium a.l rencana pembangunan smelter grade alumina (SGA) di Mempawah, Kalbar dengan investasi US$1 miliar dan pembangunan chemical grade alumina (CGA) di Tayan, Kalbar dengan investasi US$450 juta oleh PT Antam. Rencana investasi PT Nalco dengan investasi Rp4 miliar dan telah beroperasinya PT Indonesia Chemical Alumina dengan investasi US$450 juta di Kalbar. Kemudian, pembangunan PT Well Harvest Mining dengan investasi US$1 miliar.
Adapun investasi di sektor industri tembaga a.l rencana investasi PT Nusantara Smelting dengan investasi US$700 juta, rencana investasi PT Indosmelt dengan nilai investasi US$1 miliar, dan rencana investasi oleh PT Indovasi dengan nilai US$1,5 miliar.
Adapun investasi di sektor industri nikel antara lain telah dilakukannya ground breaking PT FeNi Halmahera Timur dengan nilai investasi US$1,6 miliar yang ditargetkan beroperasi pada kuartal IV/2014. Kemudian, rencana investasi PT Antam untuk pembangunan pabrik nickel pig iron dengan investasi US$400 juta dan rencana investasi PT Weda Bay Nickel untuk pembangunan pabrik nikel dengan nilai investasi US$700 juta.
"Kontribusi dari industri besi dan baja serta program penghiliran akan membuat pertumbuhan produksi industri logam dasar meningkat tahun ini," jelas Hidayat.
Pada sisi lain, berdasarkan data Core Indonesia, jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja industri logam juga mengalami penurunan. Pada 2011, jumlah perusahaan industri ini mencapai 266 perusahaan, tetapi pada 2012 jumlah perusahaan menurun menjadi 261 perusahaan.
Begitu juga dengan jumlah tenaga kerja, pada 2011 mencapai 64.657 tenaga kerja, sedangkan pada 2012 menurun menjadi 63.320. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan menurunnya jumlah perusahaan dan tenaga kerja lantaran perusahaan sudah tidak mampu lagi dengan tingginya ongkos produksi yang harus dikeluarkan.
"Pasti itu, sekarang semua pada naik, tarif listrik naik,rupiah juga melemah. Tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah di tahun politik ini. Mereka sudah fokus pada kegiatan politiknya," tuturnya.