Bisnis.com, JAKARTA - Perundingan soal lahan untuk pembangunan pabrik petrokimia kerjasama PT Krakatau Steel (KS) dengan Lotte Chemical hampir selesai, khususnya terkait harga tanah. Apabila perundingan harga lahan , Lotte Chemical, anak perusahaan raksasa Lotte Group asal Korea Selatan, siap merealisasikan proyek petrokimia di Cilegon, Banten, pada akhir 2014.
Menteri Perindustrian Mohammad Sulaeman Hidayat mengatakan persoalan harga lahan yang menjadi kendala pembangunan proyek pabrik petrokimia di Cilegon hampir menemui titik terang.
“Tadi saya update dia (Dubes Korea Selatan) soal invetasi petrokimia dari Lotte Chemical. Saat ini sudah masuk ke perundingan harga tanah, jadi saya minta dimonitor. Saya berharap akhir tahun ini sudah dibangun [pabrik petrokimia]. Prosesnya selama 3 tahun,” papar Hidayat di Kemenperin, Senin (3/2/2014).
Seperti diketahui, proyek pembangunan semula masih terkendala masalah lahan yang dikuasai oleh PT Krakatau Steel Tbk (Persero). Dari total kebutuhan lahan seluas 60 hektare, kemungkinan KS hanya dapat menyediakan 40 hektare. Honam berencana membangun pabrik petrokimia terpadu di atas lahan anak perusahaannya, PT Titan Kimia Nusantara Tbk, di Cilegon.
Namun, realisasi proyek skala besar itu terganjal masalah lahan karena dari total kebutuhan lahan 100 ha, perusahaan itu baru memiliki sekitar 37 ha dengan nilai investasi sekitar US$5 miliar-US$6 miliar.
“Enggak [ada kendala soal lahan] kan sudah berunding disini. Jadi sedang dirundingkan dan ada konsultan yang ditunjuk. Itu sudah teknis perundingan kalau itu. Indonesia menjual lahan, dia [Lotte Chemical] membeli lahan untuk investasi,” ujar Hidayat.
Saat disinggung berapa presentase proses perundingan terkait lahan, Hidayat tidak mengetahui secara pasti. Pihaknya menyerahkan kepada kedua belah pihak. Pasalnya, dalam perundingan harga lahan, pemerintah tidak turut campur.
“Intinya mereka sudah tawar menawar tanah, jadi saya enggak ikut. Itu wilayah business to business (b to b),” paparnya.
Duta Besar RI untuk Korea John A Prasetyo mengatakan banyak investor dari Korea yang tertarik membuka usaha di Indonesia. Namun hal itu, kata dia, harus ada dukungan dari pemerintah Indonesia.
“Artinya tidak mudah cari lahan di sini. Kami bilang, investor cari lahannya dimana-mana menjadi kendala,” papar John di Kemenperin.
Dia mengutarakan infrastruktur akses lahan untuk industri di Indonesia kurang mendukung. Pasalnya, para investor mencari lahan yang dekat dengan pelabuhan supaya mempermudah daam pengiriman barang.
“Nah, para investor itu mintanya lokasi yang dekat dengan pelabuhan. Sementara, infrastruktur menuju pelabuhan di sini kurang mendukung,” terangnya.
Menyoal proyek petrokimia, pihaknya mengakui saat ini belum sepenuhnya selesai. John tidak menyebut sejauh mana persoalan yang belum ada titik terang. Kendati demikian, dia berharap perundingan harga lahan bisa selesai dalam waktu dekat dan tahun ini bisa segera dilaksanakan proyek pembangunan petrokomia.
“Kalau lahan sudah beres, investor pasti mau. Takutnya, ketika investor sudah komitmen dengan bank, tahu-tahu masalah lahan selama 2 tahun belum beres,” ujar dia.