Bisnis.com, JAKARTA--Pengusaha angkutan barang dan peti kemas mengaku rugi hingga Rp18 milliar akibat lumpuhnya kegiatan delivery dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Ketua Angkutan Khusus Pelabuhan Organda DKI Jakarta Gemilang Tarigan mengatakan sejak Kamis (16/1) hingga Jumat (17/1) akses jalur distribusi Pelabuhan Priok seperti Jalan Cakung Cilincing, Marunda, Martadinata, dan Yosudarso macet total sehingga kegiatan logistik semakin tidak karuan.
"Di dalam Pelabuhan Priok juga trailler sudah tidak bisa jalan. Banyak sopir trailler frustasi dengan kondisi ini yang semakin parah," ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (17/1/2014).
Gemilang menyatakan, rata-rata setiap hari ada 9.000 trailler dan sejenisnya yang melayani Pelabuhan Priok.
Dengan lumpuhnya kegiatan delivery selama 2 hari terakhir, masing-masing armada kehilangan satu ritase angkutan dengan asumsi tarif angkut rata-rata Rp1 juta untuk jarak dekat.
"Jadi dalam 2 hari kami rugi Rp18 milliar belum termasuk tambahan biaya BBM dan uang jalan sopir," paparnya.
Gemilang mengharapkan, operator Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok tidak membebankan lagi biaya keterlambatan pengapalan atau clossing time untuk ekspor maupun biaya demurage di depo empty.
"Biaya clossing time itu mesti dihilangkan saja, itu kan kategori pungutan liar," ujarnya.
Sekjen Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Achmad Ridwan Tento mengatakan dampak kemacetan parah di dalam dan luar Pelabuhan Priok sudah sangat mengkhawatirkan iklim usaha selama 2 hari ini.
Jika rata-rata ada 5.000 kontainer yang terhambat per hari dan terkena demurrage (biaya kelebihan pemakaian kontainer) rata-rata US$30/kontainer maka kurang lebih demurrage untuk 2 hari mencapai US$300.000.
"Belum dampak lainnya yang tidak dapat dihitung secara materil pada saat itu. Seperti keterlambatan pendistribusian barang, terlambatnya penerimaan bahan baku untuk manufaktur dan lainnya," ujar Ridwan, (17/1/2014).
Pantauan Bisnis.com, hingga menjelang jumat malam (17/1/2014), stagnasi angkutan barang dan peti kemas (delivery) di Pelabuhan Priok masih terjadi.
Kondisi yang terjadi sejak Kamis itu bertepatan dengan aksi mogok Serikat Pekerja Pelabuhan Indonesia (SPPI-II) hingga hari ini.