Bisnis.com SURABAYA--Pencapaian rendemen tebu pada 2013 cukup rendah yakni hanya 7% yang diperparah anjloknya harga lelang gula Rp8.600/kg , sehingga petani tebu merugi hingga Rp6 juta/hektare.
Sementara pemerintah didesak untuk mempercepat program swasembada gula melalui peremajaan mesin pabrik gula, selain memperluas areal tanaman tebu. Upaya tersebut dimaksudkan mengurangi ketergantungan terhadap gula impor.
Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan Aris Toharisman mengatakan penurunan rendemen tebu dalam musim tebang pada 2013 berlangsung merata di seluruh Tanah Air akibat cuaca ekstrim.
“Rendemen tebu dalam musim tebang tahun lalu rata-rata hanya tercapai 7%, kondisi tersebut mengakibatkan petani rugi sebab dibarengi dengan anjloknya harga lelang gula,” ujarnya, Rabu (8/1/2014).
Harga gula hasil giling di sejumlah pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) di Jawa Timur dalam lelang tahun lalu hanya terpathok Rp8.600/kg atau turun Rp1.200/kg dibandingkan lelang 2012.
Mawardi, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menyebutkan pendapatan kotor petani tebu tahun lalu hanya Rp30 juta/ha dengan volume tebangan 80 ton/ha dan rendemen 7%.
“Petani tebu tahun lalu mengalami kerugian hingga Rp6 juta/ha seiring meningkatnya biaya tanam dan tebang angkut. Kerugian bisa dihindarkan manakala rendemen tebu 9% dan harga lelang gula sedikitnya Rp9.000/kg,” tuturnya.
Menurut Aris, penurunan harga lelang gula di dalam negeri terpengaruh meningkatnya volume pasok gula dunia. Namun, sangat disayangkan, harga gula di tingkat eceran tidak ikut turun.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengatakan anjloknya harga lelang gula disebabkan pasar dibanjiri gula impor dalam bentuk gula rafinasi, sehingga banyak gula produksi lokal belum terjual.
Dia menyontohkan volume produksi gula di Jawa Timur pada musim giling 2013 terealisasi 1,2 juta ton dari 30 pabrik gula. Tingkat konsumsi gula provinsi tersebut 400.000 ton, selebihnya dipasok ke Kawasan Timur Indonesia.
“Gula dari Jatim tidak terserap pasar Indonesia Timur sebab sudah dibanjiri gula rafinasi, maka pemerintah perlu mempercepat program swasembada gula dengan menggenjot produksi sesuai kapasitas terpasang,” tuturnya.
Menurut Arum, areal tanam tebu di Tanah Air yang kini 451.000 hektare perlu diperluas menjadi 750.000 hektare. Mesin pabrik gula perlu diremajakan agar tercapai rendemen tebu 10%.
“Melalui perluasan areal tanam tebu dan peremajaan mesin pabrik gula akan diperoleh produksi gula 7,5 juta ton/tahun, sementara kebutuhan gula nasional tahun ini hanya 4,3 juta ton, sehingga bisa surplus,” paparnya.