Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai wartawan kawakan, Menteri BUMN Dahlan Iskan memiliki kepiawaian untuk menjelaskan persoalan pelik menjadi sangat sederhana.
"Jangan pakai istilah anti-asing atau nasionalisme sempit soal kontrak asing, nanti tambah runyam," ucapnya saat berdialog dengan ratusan mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya), seperti dikutip Antara, Kamis (5/12/2013).
Saat berbicara dalam Serial Kuliah Kepresidenan yang diselenggarakan Departemen Mata Kuliah Umum (MKU) Ubaya, mahasiswa sempat menanyakan pandangan tentang kontrak asing dalam pertambangan.
"Dulu, kita memang perlu modal asing, karena kita tidak memiliki modal itu dan teknologi untuk itu, tapi kita sekarang sudah memilikinya, sehingga akan ada sejumlah revisi," tuturnya.
Namun, ujar mantan Dirut PT PLN ini, revisi itu tidak perlu menggunakan istilah anti-asing atau nasionalisme sempit, karena masalahnya tidak sesederhana itu.
"Kita kembali saja ke istilah kontrak. Itu 'kan ibarat mahasiswa yang kos, tentu kalau masa kos habis, ya terserah pemilih rumah, apakah diperpanjang atau dihentikan. Begitu saja," tuturnya.
Dia menyebutkan sejumlah investor asing yang kontraknya tidak diperpanjang, di antaranya PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang ditangani Nippon Asahan Aluminium Ltd (NAA) melalui penandatanganan kesepakatan antara pemerintah dengan konsorsium 12 investor Jepang pada 7 Juli 1975.
"Atau, Blok Siak di Riau yang juga sudah berakhir. Selain itu Blok Mahakam juga akan habis kontraknya pada 2017 dan kita sudah sepakat untuk tidak memperpanjang," paparnya.
Selain tidak memperpanjang kontrak, pihaknya juga sudah merancang adanya Blok Migas yang akan didedikasikan secara khusus pada kepentingan bahan bakar minyak (BBM), sehingga bukan lagi membangun rumah untuk dikontrakkan atau dibuat kos-kosan, tetapi dipakai sendiri.
"Saya juga akan mengoptimalkan BUMN untuk memproduksi buah unggulan daerah tropis, seperti manggis, durian, pepaya. Jadi, kalau sekarang kita dibanjiri buah asing, maka kita tidak akan melawan, tapi kita akan ganti dengan ekspor buah-buahan tropis mulai 2014. Jadi, kita tonjolkan keungggulan kita," ujarnya.