Bisnis.com, BANDUNG - Kepala Dinas KUMKM Jawa Barat Anton Gustoni menyebutkan para petani yang tergabung ke dalam Koperasi Tembakau Jabar belum berkembang secara maksimal baik dari sisi kualitas SDM, kelembagaan, pasar dan jaringan usaha.
“Kemitraan antara petani dengan pabrik rokok belum berjalan maksimal sehingga pendapatan petani masih rendah,” ujarnya, Kamis (21/11/2013)
Dia beralasan masalah kemitraan ini terletak pada para petani yang kurang mendapatkan informasi tentang kebutuhan industri rokok. Petani juga, katanya, dinilai sulit mengadopsi teknologi yang bisa menambah keragaman produk tembakaunya.
“Manajemen pembelian tembakau oleh beberapa industri memberikan peluang para spekulan memanfaatkan situasi tersebut sehingga merugikan petani mitra,” katanya.
Untuk mencapai kemitraan yang lebih baik, kata Anton, pemerintah mencoba memfasilitasi petani dan koperasi tembakau di Jabar melalui temu bisnis.
Pihaknya, kata dia, sudah berupaya mempertemukan koperasi tembakau di daerahnya dengan pengusaha besar atau pabrik rokok dalam hal pengadaan bahan baku.
“Bahkan kami pernah mengajak petani dan koperasi tembakau ini ke koperasi tembakau di Jawa Timur dan Sumatera Utara, untuk melihat perkembangan usaha mereka.”
Dinas KUMKM Jabar mengajak enam koperasi tembakau dari lima kabupaten/ kota di Jabar, yaitu Koperta Rahayu (Kabupaten Bandung), Koperasi Mitra Tani (Kabupaten Garut), Koperasi Tunas Harapan (Kabupaten Majalengka), Koperasi Pusat Tembakau Maniloka (Kabupaten Kuningan), Koperwat/Puskop Ataba (Kabupaten Sumedang).
Mereka diajak langsung untuk melihat koperasi tembakau di Jatim dan Sumut yang berkembang cukup maju dan sudah berorientasi ekspor. (k32/ija)