Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai kawasan wisata terutama di Indonesia, Bali telah dipadati oleh beragam pengembangan properti jenis hotel, vila dan resort. Namun, bukannya tanpa celah, terutama untuk segmen kondominium hotel (kondotel), pengembang ditantang untuk bisa menyajikan suatu konsep yang unik agar bisa bersaing di pasar tersebut.
Tony Eddy, President Director Tony Eddy & Associates mengatakan Bali masih menjadi tujuan investasi paling menjanjikan bagi pengembangan kondotel. Dibandingkan dengan Lombok dan pulau Komodo yang saat ini tengah naik daun sebagai destinasi wisata, dia menilai Bali masih jauh lebih siap untuk pengembangan jenis properti tersebut.
Dengan begitu, jelasnya, tidak mengherankan jika 'Pulau Dewata' masih menjadi incaran para pengembang.
"Daerah lain di Indonesia masih belum memadai. Infrastruktur di Bali sudah sangat siap untuk pengembangan bisnis kondotel. Dan juga lebih aman dan nyaman. Apalagi, wisatawan meningkat hingga 10% per tahun," katanya di Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Kendati sudah dipadati berbagai pengembangan kondotel di Bali, Eddy mengatakan pengembang perlu cermat melihat celah pasar di Bali dengan menyesuaikan lokasi dengan segmentasi konsumen. Di samping itu, lanjutnya, untuk dapat bersaing di pasar segmen properti tersebut para pengembang perlu menghadirkan sesuatu yang berbeda.
Pertama, ujar Tony, pengembang harus memperhatikan faktor lokasi yang strategis sehingga konsep pengembangan dan target pemasaran dapat terwujud. Dalam hal ini, dia mengingatkan pengembang harus cerdas untuk mencari lokasi sebab harga tanah di Bali sudah tinggi.
Kemudian, lanjutnya, hal tersebut perlu didukung dengan pemilihan operator hotel yang tepat guna menjaga prestige proyek.
"Operator yang terbukti berpengalaman memberi rasa percaya pada konsumen. Lalu yang ketiga, desain yang unik yang detail dan berbeda untuk memberikan pengalaman baru kepada wisatawan," terangnya.
Berikutnya, kata Tony, adalah aspek finasial terkait dengan kemampuan manajemen investasi. Dia menuturkan pengembang harus bisa menyesuaikan jumlah investasi, harga unit properti dan target pembalikan modal investasi.
Dan terakhir, sebut Tony, faktor kualitas bangunan akan mendukung berbagai konsep yang diusung dalam pengembangan tersebut.
"Di Bali ada juga banyak pengembangan yang gak karu-karuan, bahkan ga memenuhi syarat. Ini tentu tidak menguntungkan," katanya.