Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah bisa membeli minyak mentah bagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk mengurangi impor yang terus membengkak, akibat terus menurunnya produksi di dalam negeri.
Pri Agung Rakhmanto, pengamat energi dari ReforMiner Institute, mengatakan membeli minyak mentah bagian KKKS bisa menjadi jalan keluar jangka pendek untuk mengurangi impor. Akan tetapi, hal itu tidak akan berpengaruh banyak pada defisit neraca perdagangan minyak dan gas bumi (migas), karena pemerintah harus membelinya dengan dolar Amerika Serikat.
“Yang paling mungkin dilakukan dalam jangka pendek adalah sebanyak mungkin membeli minyak mentah jatah produksi KKKS. Akan tetapi, ini tidak terlalu membantu perbaikan neraca migas, karena harus membelinya dengan dolar Amerika Serikat,” katanya hari ini, Minggu (3/11/2013).
Pri Agung menuturkan pemerintah harus segera menggalakkan kegiatan eksplorasi dan enhanced oil recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi migas. Sayangnya, hasil produksi dari kegiatan itu pun baru menghasilkan produksi pada 10 tahun mendatang.
Menurutnya, pemerintah juga harus menjaga iklim investasi dengan memberikan kepastian hukum untuk pelaksanaan proyek dan kontrak migas. Dengan begitu, investor tidak lagi ragu dalam melaksanakan kegiatannya untuk memproduksi migas di dalam negeri.
Seperti diketahui, peningkatan impor minyak mentah memicu neraca perdagangan Indonesia kembali defisit US$657,2 juta pada September 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor migas mencapai US$2,52 miliar, sedangkan impor migas mencapai US$3,67 miliar.
Dari data itu juga diketahui impor hasil minyak mencapai US$2,2 miliar, dan impor minyak mentah mencapai US$1,2 miliar.