Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Masih Andalkan Ekspor ke AS dan Eropa pada 2014

Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi tujuan utama ekspor Indonesia pada 2014, meskipun pertumbuhan ekonomi kedua negara itu melambat pada tahun ini.
/Bisnis-Paulus Tandi Bone
/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA–Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi tujuan utama ekspor Indonesia pada 2014, meskipun pertumbuhan ekonomi kedua negara itu melambat pada tahun ini.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi yang menyatakan pertumbuhan negara maju seperti AS, Jepang, dan Eropa diperkirakan meningkat menjadi 4% pada 2014, dibandingkan dengan pencapaian 2013 yang hanya 2%.

“Negara tujuan utama ekspor itu masih menarik karena potensi pertumbuhannya juga meningkat,” ujar Bachrul Chairi dalam diskusi Business Gathering Indonesia Eximbank di Bogor, Kamis (31/10/2013).

Dia juga optimistis kinerja ekspor tahun ini akan membaik dan tren ekspor tidak akan berubah, masih didominasi oleh komoditas primer seperti CPO (crude plam oil), kakao, dan karet.

Namun, dia menekankan pemerintah masih tetap siaga dengan isu-isu global seperti tapering The Fed. “Dengan rasio utang hingga 100% bukan tidak mungkin [AS] akan tutup keran dan menarik semua likuiditasnya di negara berkembang,”tambahnya.

Bachrul mengakui terpilihnya Janet Yellen sebagai Gubernur The Fed memang akan meredam isu pengetatan stimulus, tetapi cepat atau lambat bank sentral itu akan melakukan itu [tapering] walaupun secara bertahap.

Dia mengakui kinerja ekspor Indonesia pada 2013 tengah mengalami penurunan. Sekedar informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$132,4 juta dari total ekspor US$13,16 miliar dan impor US$13,03 miliar.

Kendati demikian, Bachrul mengatakan surplus neraca perdagangan diakibatkan penurunan impor, sedangkan ekspor mencatat penurunan cukup signifikan.

Untuk itu, pemerintah akan terus memperkuat industri hilir agar ekspor hasil mentah pertambangan bisa dikurangi sehingga dapat meminimalkan impor. “Kalau bisa kita ekspor itu barang yang sudah jadi sehingga nilai tambahnya akan meningkat dan harganya tidak akan jeblok di pasar global,”ujarnya.

Selain itu, pemerintah akan memperluas volume ekspor dengan mempertimbangkan potensi pasar non tradisional dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat hingga 5%-6%  misalnya Amerika Latin dan Afrika.

“Selama ini volume ekspor ke pasar nontradisional masih kecil, padahal potensi pertumbuhan di negara-negara itu cukup besar untuk memasarkan komoditas kita,”tambahnya.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Azis meragukan kinerja ekspor akan meningkat tahun mendatang.

“Seharusnya regulasi pemerintah mendukung program peningkatan ekspor tapi nyatanya justru regulasi yang ada menguntungkan kegiatan impor,”tambahnya.

Dia memaparkan kebijakan pemerintah mengenai pemotongan pajak ekspor 30% dan juga kemudahan dalam mengurus perijinan juga belum keluar sampai sekarang. “Kalaupun itu sudah keluar akhir tahun ini, kebijakan itu baru efektif 6 bulan kemudian,”jelasnya.

Lanjutnya, jika itu terjadi maka peningkatan ekspor akan terjadi setidaknya pada kuartal II/2014, bukan kuartal I/2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper