Bisnis.com,JAKARTA—Pertumbuhan Industri gula rafinasi berpotensi menggagalkan program swasembada gula yang telah dicanangkan pemerintah. Karena perkembangan industri ini akan menggeser pabrik gula berbasis tebu lokal.
Wakil Ketua Komisi IV DPR yang membidangi sektor pertanian Herman Khaeron mengatakan potensi merembesnya gula rafinasi ke pasar konsumsi semakin besar seiring dengan meningkatnya gap antara produksi dan kebutuhan.
“Pertumbuhan industri rafinasi akan meningkatkan gap antara produksi dan konsumsi. Kalau ini dibiarkan, maka gula rafinasi sangat berpotensi merembes ke pasar konsumsi,” katanya.
Akibat dari perembesan ini, gula produksi milik pabrik gula yang berbasiskan tebu rakyat akan kalah bersaing karena harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan gula rafinasi.
Akibat selanjutnya adalah pabrik gula tersebut akan menurunkan produksinya dan bahkan gulung tikar.
“Pabrik gula akan menurunkan produksinya karena kalah bersaing. Akibat selanjutnya produksi tebu domestik juga akan terpengaruh dan program swasembada gula akan terancam,” jelasnya.
Sependapat dengan Herman, Anggota Komisis IV DPR dan juga sebagai Anggota Panitiak Kerja (Panja) Swasembada gula Siswono Yudho Husodo mengatakan target swasembada dapat tercapai, jika pemerintah memberikan insentif terhadap pabrik gula yang ada.
Selain itu, pendirian pabrik gula rafinasi harus dibarengi dengan pendirian pabrik gula tebu rakyat dan juga harus menyediakan perluasan lahan untuk tanaman tebu.
Hal ini diperlukan guna menjaga keberlangsungan perkebunan tebu dalam negeri.
Pabrik-pabrik gula yang ada juga dapat dilibatkan dalam rantai industri gula rafinasi, caranya dengan melakukan revitalisasi sehingga pabrik gula ini juga dapat memproduksi gula rafinasi.
“Industri gula rafinasi harus dikendalikan, karena berpotensi menghambat pertumbuhan pabrik gula berbasis tebu rakyat. Jika ini tidak dilakukan, maka impor gula mentah semakin meningkat,” katanya. (ra)