Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia bersama negara-negara Asean lainnya akan mempersiapkan satu produk khusus yang dibuat oleh para UKM lokal sebagai represetansi produk Asean yang akan dipasarkan di kancah internasional.
Plt Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Nuz Nuzulia mengatakan hal tersebut merupakan salah satu kesepakatan yang dibuat oleh negara-negara Asean untuk bidang promosi informasi dan misi dagang dalam rangka menyambut Asean Economy Communtiy pada 2015 mendatang.
Negara-negara tersebut antara lain Indonesia, Singapura, Thailand, Myanmar, Filiphina, dan Kambodja.
“Dengan adanya AEC, kita ingin secara bersama-sama memasarkan produk Asean ke ranah global. Arahanya, akan ada satu produk khusus khas dari Asean,” ucapnya hari ini, Senin (7/10/2013).
Namun, dia belum menyampaikan produk khusus apa yang akan dibuat tersebut sebab masih dalam proses diskusi dan akan segera ditindaklanjuti, yang pasti, sambungnya semua anggota Asean berkontribusi.
Misalnya, desain dibuat oleh para pelaku usaha dari Thailand, bahan bakunya berasal dari Indonesia, bahan pelengkapnya dibuat di Singapura, dan proses pembuatannya di Myanmar sehingga dapat merepresentasikan Asean.
Sementara itu, untuk menghadapi AEC, Indonesia menurutnya terus melakukan berbagai harmonisasi standar dan kebijakan. Diakui olehnya masih beberapa industri yang belum memenuhi standar perdagangan dalam AEC antara lain makanan, farmasi, dan herbal.
Namun tidak sedikit pula industri yang sudah memenuhi standardisasi yang dibuat sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Salah satu industri yang dinilai paling siap dan telah memenuhi standar manufacturing di Asean ialah produksi kabel dan elektrikal.
“Untuk kabel, Indonesia sangat siap dan mampu bersaing dalam AEC 2015,” tuturnya.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina menambahkan untuk produk-produk UKM dia masih optimistis bahwa Indonesia tidak kalah bersaing dibandingkan dengan produk dari negara-negara lain.
Pihaknya pun akan terus membantu dan memfasilitasi pengembangan para pelaku UKM baik di bidang perijinan, pembekalan untuk peningkatan kualitas, dan daya saing.
Menurutnya, sejak 3 tahun terakhir, pihaknya telah memfasilitas dan memberikan pembekalan akses pemasaran kepada 1590 UKM, dari jumlah tersebut 50% diantaranya berhasil masuk ke ritel modern, sementara sisanya difasilitasi untuk mengikuti ajang pameran.
“UKM ini harus didorong untuk mampu menembus pasar, terutama menjadi tuan rumah di pasarnya sendiri. Jangan sampai ketika AEC nanti, potensi pasar yang besar ini diambil oleh pelaku usaha dari negara lain.”