Bisnis.com, BATAM – Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto seolah tidak habis pikir mengapa sampai sekarang pemerintah masih mengizinkan seluruh ekspor batubara diangkut oleh kapal asing.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi salah satu narasumber dalam acara Silaturahmi dan Dialog Nasional Kesiapan Indonesia Menuju ASEAN Free Trade Area dan Satu Komunitas ASEAN di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (21/9/2013).
Pada kesempatan itu dia antara lain mengatakan bahwa dirinya prihatin terhadap kondisi neraca transaksi berjalan yang sudah menembus angka yang mengkhawatirkan, yakni 4,4% dari penerimaan domestik bruto (PDB).
Kondisi itu terjadi, menurut dia, salah satunya karena pemerintah tidak pernah memberikan perhatian yang layak terhadap sektor jasa.
“Saya kasih contoh Batubara. Batubara itu setiap tahun kita mengekspor 400 juta ton, semua itu diangkut oleh kapal-kapal asing, bukan oleh kapal nasional,” ujarnya sambil sedikit menggelengkan kepalanya seolah merasa tidak habis pikir.
Memang, jelasnya, hal itu bukan merupakan kerugian langsung (cash lost), tetapi merupakan kerugian kesempatan (opportunity lost) mendapatkan devisa negara.
Diilustrasikannya, bila kapal asing mengangkut 400 juta ton batubara dan dikalikan US$20 saja per ton untuk biaya angkut, maka Indonesia kehilangan US$8 miliar.
Padahal, jika 25% saja dari 400 juta ton batubara tersebut diangkut oleh kapal nasional, maka sektor itu akan meraup hingga US$2 miliar per tahun, hanya dari satu komoditas.
“Bayangin, kita mengekspor timah, bauksit, nikel, kelapa sawit, belum lagi kita mengimpor crude oil dari Saudi Arabia. Kita kehilangan triliunan hanya dari jasa pengapalan komoditas., ekspor maupun impor,” paparnya.
Kondisi sama juga menimpa sektor jasa lain, yakni di bidang kesehatan. Menurutnya, Indonesia kehilangan tidak kurang dari US$2 miliar dari biaya kesehatan warga negara Indonesia yang lebih suka berobat ke Singapura dan Malaysia.
Kenapa orang berobat ke Singapura? Karena dokter asing untuk berpraktik di Indonesia sulit. Kenapa tidak kita biarkan saja karena ada transfer teknologi,” cetusnya.