Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Cat Tahun Ini Diproyeksi Stagnan

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan cat di dalam negeri pada 2013 diproyeksikan stagnan atau sama dengan pencapaian tahun lalu, seiring dengan menurunnya permintaan di sektor properti dan infrastruktur.

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan cat di dalam negeri pada 2013 diproyeksikan stagnan atau sama dengan pencapaian tahun lalu, seiring dengan menurunnya permintaan di sektor properti dan infrastruktur.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Cat Indonesia Dedi Hernawan memproyeksikan produksi cat pada semester II/2013 akan menurun dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu.

Namun, pihaknya belum bisa mendapatkan data secara detail. Namun, bila melihat kondisi saat ini, permintaan cat memang tidak secerah tahun lalu yang tumbuh 10% dibandingkan 2011.

Pasar cat di Indonesia diperkirakan bernilai US$1 miliar pada 2011 atau sebanding dengan volume penjualan 759.000 ton. Sedangkan pada 2012 produksi mencapai 828.300 ton atau tumbuh 10% dibandingkan dengan pencapaian 2011.

“Melihat harga rupiah yang sedang tinggi. Kami kan membeli bahan baku dalam bentuk dolar dan menjualnya dalam bentuk rupiah, ini jelas pengaruhnya. Kelihatannya tahun ini menurun ya,” kata Dedi ketika dihubungi Bisnis, Senin (16/9/2013).

Menurut Dedi, permintaan cat erat kaitannya dengan permintaan dari sektor properti dan infrastruktur. Permintaan cat secara umum dari sektor properti menurun lantaran daya beli masyarakat saat ini menurun dan lebih mementingkan memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu. Namun di sisi lain, permintaan cat untuk perawatan masih cukup baik.

Selain itu, produsen cat juga masih kesulitan mendorong penjualan ke luar negeri lantaran daya saing industri cat nasional masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Menurutnya, porsi ekspor belum bisa sampai 10%, sedangkan impor cat sudah banyak yang masuk ke pasar dalam negeri.

Dedi mengatakan produsen cat lokal harus menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi karena sebagian besar bahan baku dikenakan bea masuk 5%. Di sisi lain, produk impor sejak tahun lalu mendapat insentif melalui penurunan bea masuk dari 10% menjadi 5%. “Ini kan seperti terbalik ya. Kami sudah mengusulkan untuk baha baku diturunkan lagi dari 5%, tadinya kan 0%,” tambahnya.

Tingginya harga bahan baku dalam negeri, lanjutnya, membuat daya saing industri cat dalam negeri menjadi tak kompetitif dan membuat produsen memilih bahan baku impor. Dia mencontohkan, bahan baku resin di dalam negeri dihargai US$2,35 per kg, sedangkan di Singapura dihargai US$2 per kg. “Karena lebih murah jadinya banyak yang lebih memilih impor.

Dia mengatakan gejolak harga bahan baku utama cat, seperti titanium dioksida, solvem dan resin, di pasar global kembali mendorong kenaikan harga cat pada tahun ini. Sejak Juli 2013, para produsen sudah mulai melakukan penaikan harga produk cat sekitar 7%.

Dia berharap, pemerintah memperbaiki kembali struktur bea masuk bahan baku dan produk jadi cat untuk meningkatkan kemampuan industri di dalam negeri bersaing di pasar domestik dan regional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper