Bisnis.com, JAKARTA--PT Pertamina (Persero) bersama 6 kontraktor kontrak kerja sama menandatangani perjanjian jual beli gas untuk sektor transportasi dengan jumlah mencapai 29,65 juta standar kaki kubik (MMscfd), dengan potensi penerimaan negara hingga US$184,78 juta.
Karen Agustiawan, Direktur Utama Pertamina, mengatakan gas dari 6 KKKS itu akan digunakan stasiun pengisian bahan bahan bakar gas (SPBG) mulai tahun depan.
Dengan begitu, perseroan dan pemerintah dapat mempercepat pembangunan infrastruktur bahan bakar gas, untuk mendukung program konversi bahan bakar minyak ke gas.
”PJBG antara Pertamina dengan 6 KKKS ini akan memasok gas ke wilayah Jabodetabek mencapai 18,1 MMscfd, Jawa Timur 10,2 MMscfd, Palembang 1,35 MMscfd,” katanya di Jakarta, Kamis (5/9).
Penandatanganan PJBG kali ini dilakukan oleh Pertamina dengan PT Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ, PT Pertamina Hulu Energi WMO, PT Medco E&P, SANTOS (Madura Offshore) PTY LTD, dan JOB Pertamina Talisman-Jambi Merang.
Karen mengungkapkan kebutuhan gas akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah infrastruktur SPBG. Untuk itu, diperlukan alokasi baru agar untuk menjaga keberlanjutan pasokan gas di sektor transportasi.
Hingga akhir tahun ini, Pertamina menargetkan ada 20 unit fasilitas pengisian BBG di Jakarta, 5 unit fasilitas di Palembang, 5 unit di Surabaya, 1 unit di Banten, dan 4 Unit di Balikpapan.
Selain itu, pemerintah juga sedang mengembangkan jaringan pipa gas di Jabodetabek sepanjang 22,2 kilometer yang didanai dari APBN 2013.
Tahun ini, pemerintah menyediakan gas hingga 35,15 MMscfd untuk sektor transportasi dengan harga gas hulu US$4,72 per MMbtu.
Dengan begitu, harga jual BBG di konsumen mencapai Rp3.100 per liter setara premium untuk CNG, dan Rp5.100 per liter setara premium untuk LGV.
Sementara itu, Agus Budiyanto, Kepala Sub Bagian Komunikasi dan Protokol Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi, mengatakan PJBG itu diperkirakan akan menghasilkan penerimaan bagi negara US$184,78 juta. (ra)