Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kemasan Lakukan Efisiensi dan Penaikan Harga

Bisnis.com, JAKARTA- Pertumbuhan omzet industri kemasan dalam negeri merosot drastis tahun ini. Omzet diperkirakan hanya mencapai Rp53 triliun atau naik 6% dibandingkan dengan tahun lalu, yakni Rp50 triliun.

Bisnis.com, JAKARTA- Pertumbuhan omzet industri kemasan dalam negeri merosot drastis tahun ini. Omzet diperkirakan hanya mencapai Rp53 triliun atau naik 6% dibandingkan dengan tahun lalu, yakni Rp50 triliun.

Padahal, pada 2012, industri ini tumbuh 21% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Akibat merosotnya omzet, pelaku usaha bereaksi dengan melakukan efisiensi dan berencana menaikkan harga jual sekitar 5%-10%.

Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia Ariana Susanti mengatakan pelemahan rupiah yang berlangsung saat ini merupakan faktor utama penyebab pertumbuhan omzet menurun drastis.

“Tahun lalu kami pikir hanya Rp46 triliun ternyata sampai Rp50 triliun cukup besar. Sampai semester I kemarin kami juga masih optimis industri ini akan tumbuh cerah, tetapi sekarang dilanda kondisi perekonomian seperti ini jadi berubah,” kata Ariana, Kamis (5/9/2013).

Menurutnya, margin keuntungan berbisnis di industri kemasan tidaklah besar, sekitar 3%-5%. Apabila pelemahan rupiah ini terus berlangsung dan tidak aksi yang dilakukan pengusaha, laba akan semakin tergerus.

Oleh sebab itu, pihaknya bersama pengusaha lain di industri ini tengah melakukan efisiensi dan berencana menaikkan harga jual dalam waktu dekat.

“Bagaimanapun harus dinaikkan, sebagian besar bahan baku plastik atau 40% masih impor. Jadi membelinya pakai dolar, ini sangat memengaruhi harga,” tambahnya.

Adapun kenaikkan harga akan dilakukan secara bertahap agar tidak berdampak besar.

Menurut Ariana, 53% pengguna kemasan adalah industri makanan dan minuman. Bila kenaikan harga kemasan dilakukan secara langsung dan tidak bertahap, akan membebani industri makanan dan minuman yang pertumbuhan industrinya saat ini juga menurun.

Strategi lain yang dilakukan adalah melakukan efisiensi dan inovasi desain. Belakangan ini, pesanan industri pengguna lebih banyak dalam bentuk kemasan kecil-kecil dan mengedepankan inovasi.

Menurutnya, pemesanan kemasan dalam bentuk yang besar sudah mulai berkurang.

“Soalnya di industri makanan dan minuman sendiri juga sudah berinovasi, yang tadinya satu pak isi 20, sekarang jadi 15, dikurangi atau efisiensi.”

Permintaan pengemasan dari industri makanan dan minuman paling tinggi karena didorong peningkatan konsumsi domestik. Indonesia yang memiliki penduduk 240 juta jiwa lebih merupakan salah satu pengguna kemasan terbesar di dunia bersama Jepang dan India.

 Selain itu, Lembaga riset Euromonitor International memprediksi pertumbuhan penjualan minuman ringan (soft drink) dalam negeri akan naik 26,8% dari 18,52 miliar liter pada 2012  menjadi 23,48 miliar liter pada 2016.

Angka tersebut mencatatkan rekor tertinggi setelah China yang pertumbuhannya ditaksir mencapai 33,4%. Adapun Brasil dan Rusia juga masih akan mengalami pertumbuhan masing-masing 16,1% dan 15,3%.

Untuk bisa bersaing dengan negara lain, ditambah, pada 2015 harus menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA), pelaku industri dalam negeri berusaha melakukan inovasi.

Salah satu yang harus dilakukan adalah berpartner dengan industri pengguna untuk menghasilkan produk kemasan yang lebih kreatif.  (ra)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper