Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan sepakat menghilangkan lebih banyak hambatan tarif dalam rangka perdagangan bebas antarkedua negara.
Direktur Jenderal Direktorat Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami mengatakan ada sekitar 7.000 mata tarif yang dibahas dalam pertemuan.
"Kami sudah bertemu empat kali, mereka juga sekitar 7.000 mata tarif. Mungkin 1-2 persen dari jumlah itu akan dikecualikan," jelasnya seusai seminar potensi pasar Korea Selatan di Surabaya, Rabu (21/8/2013).
Tarif yang dikecualikan Indonesia, sambungnya, semisal Beras dan Gula. Sedangkan tarif ekspor nol persen bisa kopi yang dulu tidak masuk ke negara Gingseng itu akibat terhambat tarif.
Gusmardi menilai kesepakatan perdagangan bebas bilateral diharapkan bisa selesai pertengahan 2014. Sesaat setelah disepakati diharapkan bisa langsung diterapkan tarif nol persen.
Kesepakatan Indonesia-Korea Selatan merupakan kelanjutan kesepakatan tarif nol persen Asean-Korsel. Hanya saja dalam praktiknya, kesepakatan awal itu berlaku hanya 90% dari total produk.
"Harus lebih besar dari Asean Free Trade Agreement [yang disepakati Korea Selatan] agar lebih menguntungkan," jelasnya soal perbedaan perjanjian bilateral dibanding sebelumnya.
Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia Bidang Kerjasama Perdagangan Internasional Mintardjo Halim menuturkan perdagangan bebas harus dibaca sebagai peluang pasar. Semisal komoditas kopi bila disepakati nol tarif maka lebih murah dari Kuba.
Selain itu, sambungnya, produk olahan ikan, seperti kerupuk udang bisa nol tarifnya. Demikian halnya produk lainnya berbasis perikanan, buah-buahan dsb.
"Pemerintah daerah dan pengusaha harus melihat potensi itu, melakukan penjajakan dengan importir di sana apa yang bisa dikirimkan, membuka pasar perlahan," jelasnya.
Nilai perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan pada 2012 mendekati US$30 miliar. Sedangkan Januari-Mei tahun ini, ekspor migas dan nonmigas US$4,9 miliar dan impor US$5,2 miliar.
Bila dirinci, ekspor nonmigas US$2,6 miliar dan impor US$3,9 miliar. Sektor nonmigas ini terdiri dari karet mentah, kertas, kelapa, CPO dsb.
Direktorat Pengembangan Ekspor Nasional memprediksi nilai transaksi Indonesia-Korsel tahun ini tak jauh dari capaian 2012. Meski demikian, keseimbangan perdagangan diprediksi mulai nampak seiring kebijakan hilirisasi bahan tambang.