Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rendemen Tebu Indonesia Kembali Terpuruk

Bisnis.com, JAKARTA -- Rendemen tebu rata-rata nasional pada Juli 2013 berada di kisaran 7,96% atau turun 2,93% dibanding Mei 2013 sebesar 8,20%. Meskipun demikian, Pemerintah Optimistis target produksi gula 2013 tercapai.

Bisnis.com, JAKARTA -- Rendemen tebu rata-rata nasional pada Juli 2013 berada di kisaran 7,96% atau turun 2,93% dibanding Mei 2013 sebesar 8,20%. Meskipun demikian, Pemerintah Optimistis target produksi gula 2013 tercapai.

Pada 24-28 September 2012 hasil capaian rendemen harian di PG Ngadirejo mampu mencapai 10%.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan optimistis target produksi gula pada 2013 akan tercapai, meskipun rendemen turun akibat hujan tetap turun pada musim kemarau tahun ini.

"Target masih mungkin tercapai, karena meskipun rendemen turun, ada penambahan areal tanam, nah itu yang akan kita lihat nanti," jelasnya, Rabu (13/8/2013).

Tingginya curah hujan di beberapa sentra penghasil tebu disinyalir menjadi penyebab turunnya rendemen tebu pada Juli 2013.

Direktur Tanaman Semusim Dirjen Perkebunan Kementan Nurnowo Paridjo mengatakan musim kemarau yang cenderung basah pada bulan tersebut telah menghambat proses penyimpanan gula pada tanaman tebu karena tingginya kadar air merangsang tanaman untuk melakukan pertumbuhan secara vegetatif.

"Kami tidak mengkambinghitamkan cuaca, akan tetapi adanya anomali iklim pada Juli membuat rendemen tebu petani turun. akibat tingginya kadar air, tanaman tebu cenderung melakukan pertumbuhan vegetatif sehingga proses pembentukan gula terhambat," katanya.

Nurnowo melanjutkan, adanya curah hujan yang cukup tinggi ini juga berdampak pada turunnya produksi hablur atau gula sukrosa yang dikristalkan. Hablur sendiri mencerminkan rendemen tebu, semakin tinggi rendemen maka semakin besar pula hablur yang dihasilkannya.

"Hablur pada Juli 2013 turun 1,93% menjadi 2,7 juta ton dibanding Mei 2013 yang mencapai 2,76 juta ton," katanya.  

Turunnya produksi ini akibat rendahnya produktifitas hablur, jika pada Mei 2013 produktifitas masih mencapai 6,1 ton per hektarenya, pada Juli 2013 turun 2,46% menjadi 5,95 ton per hektare.

Hal ini, tambah Nurnowo mempengaruhi produksi hablur secara nasional. Pihaknya memperkirakan produksi hablur pada 2013 sebanyak 2,505 juta ton dengan rendemen rata-rata nasional diperkirakan sebesar 7,44%.

Besaran nilai produksi tersebut hanya 98% dari total produksi hablur pada 2012 yang mencapai 2,556 juta ton.

Selain itu, kendala yang terjadi akibat anomali cuaca ini terang Nurnowo adalah mundurnya musim giling tebu. Meskipun demikian Ia optimis musim giling tebu pada 2013 ini akan berjalan sesuai dengan rencana.

"Musim giling tebu diperkirakan mundur 3 hingga 6 minggu atau di pada Agustus dan September ini. Meskipun demikian, target giling 2013 akan tercapai walaupun terjadi penurunan produktifitas," terangnya.

Sementara itu, mengenai program bongkar ratoon lahan tebu seluas 50.000 hektare yang direncanakan selesai 2013 ini, hingga Juli 2013 masih terus berjalan.

Rencananya, pelaksanaan bongkar ratoon ini akan dibagi kedalam dua tahap atau pola, yaitu pola pertama akan dilaksanakan pada Mei 2013 - September 2013 untuk lahan seluas 15.000 hektare.

Kemudian disusul pola kedua pada lahan 35.000 hektare yang direncanakan dilaksanakan pada Oktober - Desember 2013.

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper