Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melakukan mitigasi untuk mengurangi risiko perubahan situasi makroekonomi jika rencana pengetatan stimulus moneter oleh Amerika Serikat direalisasikan.
Menteri Keuangan M.Chatib Basri menyadari pengetatan quantitative easing akan menimbulkan turbulensi di pasar keuangan. Namun, pemerintah berupaya menjamin guncangan itu seminimal mungkin dengan mengamankan likuiditas.
Langkah pemerintah yang gencar menerbitkan surat utang negara (bond) meskipun pasar meminta imbal hasil (yield) lebih tinggi dinilainya akan mampu mencegah kekeringan likuiditas dan keterpurukan rupiah.
Chatib menilai serapan pasar terhadap SUN masih baik di tengah ketidakpastian situasi global.
Dalam lelang surat utang negara (SUN) pada 16 Juli misalnya, pasar menyerap Rp10,65 triliun dari target indikatif pemerintah Rp7,5 triliun atau terjadi oversubscribed.
Pada transaksi penjualan SUN valas (global bond) pun, Indonesia meraih US$1 miliar.
“Kalau cadangan dari forex-nya ada di sini, kekeringan likuiditas mungkin bisa dihindari. Krisis itu mulainya dari likuiditas yang kering. Jadi, (mitigasi) itu sudah mulai dilakukan,” katanya, Selasa (23/7/2013).
Pemerintah pun melakukan koordinasi dengan BUMN dan Bank Indonesia agar efek perubahan likuiditas tidak terlalu memukul nilai tukar rupiah.
Dari sisi domestik, pemerintah mengendalikan ekspektasi inflasi untuk mencegah rupiah terdepresiasi terlalu dalam. Upaya mengelola inflasi itu, a.l. dilakukan dengan mengamankan pasokan bahan makanan.
“Kalau itu bisa dilakukan dengan baik, ekspektasi inflasi turun, maka tekanan terhadap depresiasi rupah akan mengecil, tekanan bond mengecil. Jadi, pressure terhadap nilai tukarnya tidak terlalu tinggi,” tuturnya. (ra)