Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Forum G-20: RI Tekankan Koordinasi Makro Ekonomi

BISNIS.COM, JAKARTA – Indonesia menekankan koordinasi makroekonomi di antara negara-negara anggota G-20 sehingga setiap dampak kebijakan negara maju dapat diantisipasi negara berkembang atau sebaliknya.

BISNIS.COM, JAKARTA – Indonesia menekankan koordinasi makroekonomi di antara negara-negara anggota G-20 sehingga setiap dampak kebijakan negara maju dapat diantisipasi negara berkembang atau sebaliknya.

Pernyataan itu dilontarkan Menteri Keuangan M.Chatib Basri, merujuk pada pengalaman beberapa waktu lalu, yakni pernyataan Gubernur The Federal Reserve Ben S. Bernanke mengenai rencana pengurangan stimulus moneter yang langsung direspons pasar dengan menarik modal secara besar-besaran (sudden reversal) dari negara berkembang.

Akibatnya, tak hanya indeks saham yang melorot, nilai tukar mata uang negara-negara di kawasan Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Imbal hasil (yield) obligasi negara-negara di Asia pun makin tinggi karena ketidakpastian global.

Chatib mengemukakan pertumbuhan ekonomi global bagaimanapun banyak disumbang oleh negara berkembang, termasuk Indonesia yang mampu mempertahankan pertumbuhan di kisaran 6%.

“Ini ada forum G-20. Sebetulnya kita bisa bicara di forum komunikasi sehingga bisa diantisipasi lebih dulu. Jangan karena satu statement  tertentu, seluruh emerging market terganggu sehingga global growth-nya juga terganggu. Jadi, pentingnya koordinasi di situ,” katanya di Jakarta, Selasa (23/7).

Pernyataan Indonesia dalam Forum G-20 yang digelar pekan lalu di Moskwa, Rusia, itu sejalan dengan posisi Indonesia yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Chatib menjelaskan kondisi ekonomi global masih belum baik. Kendati AS mulai menunjukkan pemulihan, Eropa masih relatif sulit bangkit dari krisis. Hal itu menjadi sebab Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 4% menjadi 3,1%.

Indonesia pun menekankan perlunya setiap negara melakukan stimulus untuk mempertahankan pertumbuhan global.

“Tentunya bagi negara yang masih mungkin melakukan stimulus. Bagi Eropa, mungkin tidak bisa lagi karena defisitnya sudah terlalu besar,” jelasnya.

Stimulus itu berupa penciptaan lapangan kerja melalui mobilisasi dana infratruktur (infrastructure fund) dari negara maju ke negara berkembang.

Chatib menuturkan usulan Indonesia itu telah didukung dan disepakati oleh negara anggota G-20 serta akan menjadi agenda dalam pertemuan G-20 tahun depan di Brisbane, Australia.  (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper