Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ferrostaal Ajak Chandra Asri Bangun Pabrik Petrokimia di Teluk Bintuni

BISNIS.COM, JAKARTA- Ferrostaal Industrial Projects GmbH, perusahaan multinasional di bidang petrokimia mengajak PT Chandra Asri Petrochemical Tbk melakukan studi kelayakan pengembangan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan investasi

BISNIS.COM, JAKARTA- Ferrostaal Industrial Projects GmbH, perusahaan multinasional di bidang petrokimia mengajak PT Chandra Asri Petrochemical Tbk melakukan studi kelayakan pengembangan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan investasi US$1,8 miliar.

Hal tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) kedua belah pihak pada Kamis (18/7/2013) dan disaksikan oleh Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Panggah Susanto di kantor Kemenperin.

Panggah mengatakan, ditandatanganinya MoU ini merupakan hal penting untuk industri petrokimia dalam negeri. Pasalnya, impor petrokimia dalam negeri terus meningkat dan sudah mencapai US$8,5 miliar pada 2012. Dengan dimulainya kajian ini diharapkan kedua belah pihak bisa merealisasikannya.

“Ferrostaal sudah mengatakan ingin investasi di sini. Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang harus menggandeng partner lokal, dia menggandeng CAP untuk mulai kajian,” kata Panggah usai penandatangan, Kamis (18/7/2013).

Rencananya, pabrik yang akan dikembangkan adalah pabrik olefin berbasis metanol.

Bila studi kelayakan berjalan dengan lancar, diperkirakan pabrik mulai beroperasi pada 2019. “Dengan perkiraan, pada 2014-2015 mulai konstruksi,” lanjutnya.

Adapun hal yang dibicarakan dalam studi kelayakan, biasanya, lanjut Panggah mencakup bisnis komersial dan keekonomian kedua belah pihak.

Di sisi lain, Panggah mengatakan, kesiapan konstruksi akan tergantung pada kesiapan alokasi gas. Diperkirakan, diperlukan pasokan gas sekitar 180 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

“Tapi sampai saat ini belum ada kepastian, kami sudah katakan kepada Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk ini. Bila tak ada gas, tak bisa mulai,” tambahnya. Nantinya, hasil produksi akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Senior Executive Manager Ferrostaal AG Soenke Gloede mengatakan dengan nilai investasi sekitar US$1,8 miliar, Ferrostaal akan membangun pabrik metanol berbahan baku gas bumi yang hasilnya akan dimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik polipropilena.

Adapun kapasitas terpasang sebesar 400.000 ton per tahun serta pabrik etilena dengan kapasitas terpasang sebesar 175.000 ton per tahun.

“Waktu konstruksi kemungkinan sekitar 3 tahun. Kami harap, bersama pemerintah, kerja sama ini bisa segera direalisasikan,” katanya.

Nilai investasi sebesar US$1,8 miliar merupakan angka perhitungan berdasarkan studi dan pengalaman Ferrostaal selama mengembangkan industri petrokimia.

Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Erwin Ciputra mengatakan MoU ini merupakan perjanjian untuk memulai studi kelayakan. Menurutnya, mengenai berapa share investasi masing-masing perusahaan, itu akan dibicarakan dalam studi kelayakan.

“Itu nanti dibicarakan. Ini baru mau mulai studi kelayakan,” katanya.

Di sisi lain, kawasan Teluk Bintuni akan dijadikan basis industri petrokimia. Selain Ferrostaal, ada perusahaan Korea yang berinvestasi di sana. Untuk satu kawasan, dibutuhkan alokasi gas sekitar 384 MMscfd.  (ra)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper