Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Order Ramadan, Industri Sarung Tenun Lamongan Kewalahan

Bisnis.com, SURABAYA– Industri kecil sarung tenun di Lamongan, Jawa Timur, selama Ramadan ini kewalahan memenuhi permintaan dalam dan luar negeri, dan kesulitan mendapatkan tenaga kerja.

Bisnis.com, SURABAYA– Industri kecil sarung tenun di Lamongan, Jawa Timur, selama Ramadan ini kewalahan memenuhi permintaan dalam dan luar negeri, dan kesulitan mendapatkan tenaga kerja.

Solikin, salah satu perajin sarung tenun di Desa Parengan, Kabupaten Lamongan, mengaku jumlah pekerja di perdesaan di kabupaten tersebut semakin minim, karena kalangan muda umumnya lebih menyukai mencari nafkah ke perkotaan.

“Pekerja yang mendukung usaha kami adalah para petani yang bertahan di desa, mereka menenun di sela-sela menggarap sawah. Kami kewalahan memenuhi pesanan dari Surabaya dan negara-negara Timur Tengah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (15/7 2013).

Menurut Solikin, permintaan sarung dari mitra bisnis terus mengalir dengan pembayaran kontan, dan volumenya semakin naik bertepatan bulan Ramadan saat ini. Harga jual sarung tenun Lamongan Rp1,5 – Rp1,8 juta per kodi (1 kodi = 20 lembar) berbahan baku benang fiber.

Kegiatan produksi sarung tenun di sentra industri kecil tersebut di Parengan, Kabupaten Lamongan, telah berlangsung sejak 1940-an dan terus berkembang hingga saat ini menggunakan perangkat alat tenun bukan mesin (ATBM).

Namun, volume pekerjanya semakin berkurang sejak awal 1980-an, akibat arus urbanisasi. Kini di desa itu terdapat sekitar 15 produsen sarung dengan kepemilikan ATBM puluhan unit per produsen.

Solikin menambahkan untuk memperlancar kegiatan produksi terpaksa mengantarkan perangkat ATBM serta bahan baku benang untuk ditenun ke rumah-rumah pekerja di beberapa desa.

Ongkos menenun berkisar Rp20.000 – Rp25.000 per lembar jenis sarung kasaran, sedangkan sarung dengan bahan benang mercerised dan benang sutra lebih tinggi.

Produsen sarung tenun lainnya di Parengan, Mahmud, mengaku harus ‘lincah’ untuk memperoleh tenaga kerja dengan mengantarkan bahan baku benang ke beberapa desa di Kabupaten Lamongan.

“Kesulitan mendapatkan tenaga kerja merupakan permasalahan utama usaha ini, sedangkan ketersediaan bahan baku benang serta penjualan produk sarung tenun tidak ada masalah. Usaha ini cukup menguntungkan,” paparnya.

Seorang penenun bisa menghasilkan produk sarung satu lembar per hari atau tiga lembar per dua hari, dengan pembayaran ongkos seminggu sekali. Tetapi tidak jarang seorang penenun hanya menghasilkan dua lembar per minggu, karena tidak giat bekerja.

“Kami tidak bisa memaksa atau bersikap keras terhadap pekerja, supaya tetap betah bekerja. Kalau mereka tidak mau menenun, volume hasil sarung justru minim dan kami tidak bisa memasok ke para pemesan sarung,” kata Solikin dan Mahmud.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Adam A. Chevny
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper