Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ESDM Minta PKG Pakai Gas Dari Jambaran

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT Petrokimia Gresik (PKG) menerima gas dari proyek Jambaran-Tiung Biru-Cendana yang telah dialokasikan oleh Pemerintah.

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT Petrokimia Gresik (PKG) menerima gas dari proyek Jambaran-Tiung Biru-Cendana yang telah dialokasikan oleh Pemerintah.

Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan pihaknya telah mengalokasikan gas untuk lima pabrik pupuk yang baru dibangun, termasuk di Gresik. Alokasi gas itu diberikan berdasarkan pertimbangan yang menguntungkan industri dan negara.

“Mereka minta alokasi gas, sudah saya berikan semuanya. Semua gas yang mereka butuhkan sudah saya berikan. Memang ada satu uang minta alokasinya diganti, ya sudahlah pakai gas dari Cepu [Jambaran-Tiung Biru-Cendana] saja,” katanya di Jakarta, Senin (15/7/2013).

Jero menegaskan PKG sebaiknya menerima alokasi yang telah ditetapkan tersebut dibandingkan terus meminta alokasi dari MDA-MBH. Alasannya, polemik tersebut dapat berakibat pada molornya proyek tersebut karena tidak pastinya pasokan gas.

Untuk harganya sendiri, Jero menegaskan telah memberikan harga yang pantas untuk gas dari Jambaran-Tiung Biru-Cendana yang dikelola PT Pertamina EP Cepu. “Harganya sudah pantas, kalau ada yang tidak puas silakan datang ke saya. Jangan sudah minta, lalu ngatur-ngatur maunya gas dari mana,” jelasnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) juga telah menyatakan pasokan gas dari proyek Jambaran-Tiung Biru-Cendana untuk PKG lebih menguntungkan negara dibandingkan dengan pasokan gas dari MDA-MBH.

Dari sisi harga, pasokan Lapangan MDA-MBH yang dioperasikan Husky-CNOOC Madura Ltd lebih mahal dibandingkan Jambaran-Tiung Biru-Cendana yang dikelola PT Pertamina EP Cepu.

Harga gas MDA di kepala sumur (well head) sebesar US$6,5 per MMBTU hanya untuk tahun pertama, karena diberlakukan eskalasi 3% per tahun, sehingga rata-rata harganya menjadi US$7,4 per MMBTU pada periode 2016-2026.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lili Sunardi
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper