Bisnis.com, JAKARTA--Domestik hanya mendapatkan 25% dari total gas yang diproduksi oleh proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) Chevron Indonesia Company di Selat Makasar, Kalimantan Timur.
Rudi Rubiandini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan lokasi pengembangan IDD yang berada di laut dalam, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Hal tersebut berakibat pada keekonomian harga gas dari proyek itu lebih tinggi dibandingkan dengan proyek lainnya.
“Karena harga keekonomian gasnya tinggi, sementara harga gas domestik sekitar US$5 per MMbtu, maka alokasi domestiknya maksimal 25%,” katanya di Jakarta, Rabu (24/7/2013).
Rudi menjelaskan pihaknya mempertimbangkan harga gas domestik dalam pengalokasian gas itu. Alokasi ekspor harus lebih besar agar dapat mencapai harga keekonomian gas yang diproduksi di laut dalam itu.
SKK Migas telah mengalokasikan 179 kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari IDD untuk domestik. Mulai 2016-2021, gas itu akan dikirim ke floating storage regasification unit (FSRU) Jawa Barat sebanyak 53 kargo, FSRU Jawa Tengah 39 kargo, FSRU Lampung 37 kargo, FSRU Banten 30 kargo, dan Terminal Arun 20 kargo.
Saat ini, Chevron telah ditunjuk sebagai penjual gas dari IDD dan terus melakukan negosiasi dengan calon pembeli. “Meskipun nanti gas dari IDD masuk ke Kilang Bontang, tetap Chevron yang akan melakukan negosiasi,” ujarnya.
Secara terpisah, Senior Vice President Strategic Business Support Chevron Yanto Sianipar mengatakan progres pengerjaan IDD sudah memasuki tahapan beberapa lelang rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC).
“FID [final investment decision atau keputusan akhir investasi] belum dilakukan, karena masih menyelesaikan beberapa persyaratan untuk pengambilan keputusan tersebut,” ungkapnya.