Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS.COM, JAKARTA- Kementerian Perindustrian menyatakan pertumbuhan industri manufaktur pada kuartal II tahun ini stagnan pada angka 6,5%.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat meminta kepada industri untuk menjaga kelancaran produksi pada kuartal II ini hingga akhir tahun. Pasalnya, pertumbuhan industri manufaktur pada kuartal II ini melambat dibandingkan dengan kuartal I kemarin.

“Kira-kira stagnan dan kami sedang menjaga agar produksi tetap lancar,” kata Hidayat ketika dihubungi Bisnis, Senin (1/7/2013). Pada kuartal I 2013, pertumbuhan industri manufaktur masih bagus dengan pertumbuhan 6,69 %.

Sejak awal kuartal II, Hidayat sudah pesimis target pertumbuhan industri manufaktur tahun ini bisa mencapai 7,1 %. Bahkan, pihaknya bersama kementerian terkait sempat berencana untuk merevisi target pertumbuhan industri menjadi 6,5%.

“Sekarang ini, akhir kuartal II,  saya tetap berpegang pada angka konservatif 6,5%, tapi sebagian staf saya di Kementerian Perindustrian dari level dirjen ke bawah optimis bisa mendekati 7% berdasarkan catatan yang ada,” ujarnya.

Bisa dikatakan, pada kuartal II ini hingga akhir tahun, pihaknya hanya yakin pertumbuhan industri hanya bisa tumbuh mencapai angka 6,5%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor sektor industri selama Januari hingga Mei 2013 menurun 1,55% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Penurunan terbesar terjadi pada produk dari besi dan baja sebesar US$25,1 juta. Adapun sepanjang Januari hingga Mei 2013 total nilai ekspor industri mencapai US$47,2 miliar, sedangkan pad periode yang sama tahun lalu US$48,02 miliar.

Selain itu, penurunan utilitas juga menjadi indikasi lambatnya kinerja industri. Selain itu, kondisi infrastruktur dan cuaca yang buruk sempat menjadi penghambat distribusi. Untuk biaya produksi juga ikut meningkat. Beberapa responden survei HSBC menyebutkan terdapat kenaikan bahan baku, terutama bahan bakar minyak (BBM).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor sektor industri selama Januari hingga Mei 2013 menurun 1,55% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Penurunan terbesar terjadi pada produk dari besi dan baja sebesar US$25,1 juta. Adapun sepanjang Januari hingga Mei 2013 total nilai ekspor industri mencapai US$47,2 miliar, sedangkan pad periode yang sama tahun lalu US$48,02 miliar.

Selain itu, penurunan utilitas juga menjadi indikasi lambatnya kinerja industri. Selain itu, kondisi infrastruktur dan cuaca yang buruk sempat menjadi penghambat distribusi. Untuk biaya produksi juga ikut meningkat. Beberapa responden survei HSBC menyebutkan terdapat kenaikan bahan baku, terutama bahan bakar minyak (BBM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper