BISNIS.COM, JAKARTA—Laju inflasi Juni 2013 diperkirakan di atas 1% akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang mulai berlaku pada bulan ini.
Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, Direktur Keuangan Negara dan Analisa Moneter Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, memperkirakan kenaikan harga barang mulai terjadi sejak minggu kedua Juni 2013 setelah APBN-P 2013 disahkan dan DPR menyetujui kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Shock mulai ramai sejak seminggu terakhir kemarin. Kayaknya shock [kenaikan] harganya lebih karena menunggu kepastian, tetapi saya ragu kalau [inflasi] lebih dari 2%, tetapi yang jelas di atas 1% di Juni,” ujarnya di DPR, Selasa (25/6/2013) malam.
Dalam perhitungannya, tambahan kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap laju inflasi Juni sebesar 0,2%-0,28%. Adapun, tambahan kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap laju inflasi sepanjang 2013 sebesar 1,6%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi Juni sejak 2009 tidak pernah menyentuh level 1%. Secara berturut-turut, laju inflasi Juni sejak 2009 sampai 2012 tercatat 0,11%, 0,97%, 0,55%, dan 0,62%.
Seperti diketahui, pemerintah tidak segera mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi setelah APBN-P 2013 disahkan. APBN-P 2013 disahkan pada Senin (17/6) malam. Namun, pengumuman resmi kenaikan BBM bersubsidi baru dilaksanakan pada Jumat (21/6) malam.
Lebih lanjut, Sidqy memperkirakan puncak inflasi tahun ini akan terjadi pada Juli. Pasalnya, selain first round effect yang masih terasa besar, bulan depan sudah memasuki tahun ajaran baru dan masa puasa.
“Kami khawatirkan mungkin [laju inflasi Juli] bisa sampai 2%. Mudah-mudahan pemerintah bisa meredamnya,” ujarnya. Namun, dia memperkirakan deflasi bisa kembali terjadi setelah momen puasa dan lebaran usai.
Data BPS juga menunjukkan laju inflasi Juli sejak 2009 tidak pernah menyentuh batas 2%. Secara berturut-turut, laju inflasi Juli sejak 2009 sampai 2012 tercatat 0,45%, 1,57%, 0,67%, dan 0,7%.
Dia mengatakan second round effect kenaikan harga BBM bersubsidi kemungkinan akan berlangsung selama 5 bulan. Pemerintah, lanjutnya, akan berfokus penuh pada kelancaran distribusi untuk menjaga pasokan sehingga target inflasi 2013 yang ditetapkan sebesar 7,2% bisa tercapai.
“Itu butuh usaha total yang luar biasa keras untuk mencapai target inflasi di APBN-P 2013,” pungkasnya.