BISNIS.COM, JAKARTA- Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menyatakan kapasitas produksi aluminium ingot PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bisa tingkatkan hingga 400.000 ton per tahun dari saat ini sebesar 250.000 ton per tahun.
Panggah mengatakan kebutuhan aluminium secara keseluruhan mencapai 700.000 ton. Untuk alumunium Ingot, kebutuhan mencapai 560.000 ton dan baru sangat sedikit bisa dipenuhi oleh dalam negeri.
Menurutnya, langkah jangka pendek yang bisa dilakukan untuk menambah produksi dalam negeri adalah meningkatkan kapasitas pabrik Inalum setelah diambil alih oleh Indonesia. Kapasitas pabrik Inalum bisa ditingkatkan hingga 400.000 ton.
“Bila menambah investasi baru nanti. Tergantung manajemen, karena mereka yang harus mengembangkan. Ini memang harus dikembangkan mengingat kebutuhan aluminium ingot terus meningkat setiap tahun,” kata Panggah di gedung DPR, Selasa (25/6/2013).
Apabila setelah diambil alih oleh Indonesia manajemen Inalum langsung berupaya meningkatkan kapasitas, produksi sebesar 400.000 ton bisa tercapai pada 2017.
“Memang segitu waktunya mengingat ketersedian listrik yang sangat penting. Kalau mau terealisasi dalam jumlah besar ya harus cari sumber energi baru.”
Saat ini, pemerintah Indonesia memiliki 41,13% saham Inalum, sisanya 58,87% dimiliki oleh konsorsium NAA. Konsorsium ini beranggotakan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebagai wakil pemerintah Jepang dan 12 perusahaan swasta Jepang.
Kontrak kerja sama pengelolaan Inalum oleh Jepang akan berakhir pada Oktober tahun ini. Saat ini pemerintah sudah menyiapkan dana untuk mengambil alih Rp7 triliun yang berasal dari APBNP 2012 sebesar Rp2 triliun dan APBNP 2013 sebesar Rp5 triliun.