BISNIS.COM, JAKARTA – Pemerintah bersama DPR sepakat merevisi pertumbuhan ekonomi 2013 menjadi 6,3% dari semula 6,8%.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Selasa (18/6) merilis semua sumber ekonomi masih diproyeksikan tumbuh tahun ini kendati sebagian melambat dari tahun lalu karena situasi eksternal yang belum pasti.
Konsumsi rumah tangga diproyeksikan tumbuh 5% atau melambat dibanding kinerja 2012 yang mencapai 5,28%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat karena pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak.
Namun, belanja politik menjelang pemilihan umum 2014 diharapkan sedikit menolong konsumsi rumah tangga.
Konsumsi pemerintah ditargetkan tumbuh 6,7% atau jauh lebih tinggi dibanding pencapaian 2012 yang hanya 1,25%.
Pemerintah akan melakukan upaya ekstra untuk mendongkrak penyerapan anggaran belanja negara, misalnya dengan menyederhanakan prosedur pencairan anggaran dan memonitor kementerian/lembaga (K/L) yang anggaran belanja modalnya tinggi.
Sementara itu, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diproyeksikan melambat dari 9,81% menjadi 6,9% karena perusahaan-perusahaan berinvestasi di Indonesia mengurangi pembelian barang modal setelah merealisasikannya pada akhir 2012.
Ekspor dipatok tumbuh 6,6%, dipatok lebih tinggi dari realisasi 2012 yang hanya 2,01%, didorong oleh membaiknya permintaan mitra dagang walaupun masih relatif rendah.
Adapun impor diperkirakan hanya tumbuh 6,1% atau melambat dari kinerja 2012 yang mencapai 6,65% karena penurunan impor bahan baku oleh industri berorientasi ekspor maupun konsumsi domestik serta depresiasi rupiah.,