BISNIS.COM, JAKARTA— Tren bangunan dengan konsep rooftop terbuka saat ini semakin banyak diminati. Bukan hanya rumah, tetapi bangunan lainnya seperti perkantoran, hotel dan vila pun kini sudah banyak digunakan.
Ada beberapa alasan mengapa rooftop menjadi tren. Bangunan ini dapat mengurangi efek pemanasan global jika digunakan dengan benar. Selain didominasi atap beton, rooftop memberikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.
Tren taman di atas atap atau roof garden menjadi gaya hidup tersendiri bagi sebagian kalangan orang. Mengusung lahan terbuka, ruang di atas atap juga bisa dijadikan sebagai tempat bercengkrama.
Ridwan Kamil, arsitek dari Urban Evolution mengatakan tren bangunan atap yang dulunya genteng sebagian banyak beralih ke beton rooftop.
Hal itu dikarenakan ada banyak yang bisa dimanfaatkan dibandingkan bangunan yang hanya menggunakan atap genteng saja.
“Yang banyak menggunakan konsep ini yakni pemanfaatan lahan untuk taman. Karena orang saat ini cukup sadar bahwa ruang terbuka hijau memang sangat diperlukan,” katanya.
Di kota-kota besar, seperti Bandung dan Jakarta bangunan bertingkat dengan atap tingkat atas terbuka bisa memberikan kualitas lingkungan baik dan sehat.
Ridwan menyebutkan, tidak ada persiapan khusus untuk mendirikan bangunan rooftop tersebut. Yang ada hanyalah mempersiapkan material yang sesuai dengan kebutuhan.
Rooftop untuk kalangan rumah keluarga juga bisa dijadikan tempat menarik. Pemilik mesti pintar-pintar mengurus dan mengatur lahan yang tersedia. Tidak sedikit, rooftop terbuka dijadikan ajang kumpul sambil melihat langit indah malam hari.
Akan tetapi, pemilihan material yang digunakan untuk atap terbuka harus benar-benar pas dan tentunya kuat. Jika material tidak sesuai, maka bisa jadi sebaliknya, rusak dan tidak nyaman ditempati.
“Pada dasarnya, orang ingin memiliki ruang alami, tetapi tidak punya lahan luas. Nah, rooftop bisa jadi alternatif membangun ruang terbuka hijau,” ungkap Ridwan.
Terhambat Izin
Ahmad Djuhara, arsitek dari Djuhara+Djuhara mengatakan kecenderungan bangunan yang mengusung konsep rooftop di Jakarta masih terhambat oleh izin mendirikan bangunan dari pemerintah.
“Padahal tidak ada regulasi yang mengatur tentang bangunan rooftop tersebut. Tapi mengapa seolah-olah dihalangi,” katanya.
Lahan rooftop yang akan dimanfaatkan seharusnya diketahui dulu apa latar belakang dari si pemilik. Jangan hanya ikut tren belaka yang hanya keinginan sesaat.
Kalau pun ingin membangun rooftop, harus disesuaikan dulu, apakah mau dibikin teras, taman, kebun, atau kolam renang? “Masing-masing memiliki risiko tersendiri,” katanya.
Ahmad menjelaskan, jika ingin memanfaatkan kolam renang pada rooftop, bangunan harus benar-benar kokoh, karena 1 meter kubik air itu, ujarnya sama dengan 1 ton.
Selain itu, fungsi rooftop yang dimanfaatkan dengan taman, kebun atau teras bisa membuat udara ke dalam rumah terisolasi. “Paling tidak kita bisa membantu menyehatkan lingkungan,” ungkapnya.
Menurut situs Interiorholic, ada beberapa tips bagaimana membangun teras rooftop yang baik. Perlu dipersiapkan beberapa material dan kebutuhan lainnya. Salah satunya adalah pemilihan kayu yang baik, yakni guna mendapatkan kualitas yang diinginkan.
Beberapa jenis kayu yang bisa digunakan antara lain cedar, kayu merah, mahoni, pinus, atau kayu cypress. Pemilihan kayu yang baik akan menimbulkan nilai estetika tersendiri. (ltc)