BISNIS.COM, KAPUAS HULU, Kalbar--Direktur PT Paramitra Internusa Pratama (PIP), perusahaan perkebunan sawit milik Sinar Mas Group, Susanto menilai ekspor perdana Crude Palm Oil (CPO) ke Malaysia melalui wilayah perbatasan merupakan langkah besar dan strategis bisnis perkebunan sawit.
“Sebab dengan ekspor lewat Pos Lintas Batas (PLB) yang secara perdana dilakukan di PLB Badau Kapuas Hulu Kalimantan Barat menuju Serawak, Malaysia Timur, membuka kran peningkatan perdagangan semakin besar, selain menjadikan biaya ekpor menjadi efisien serta sekaligus merupakan terobosan transaksi perdagangan antar negara,” terangnya di sela-sela peresmian pengiriman ekspor perdana CPO melalui PLB Badau menuju Sarawak, Malaysia Timur oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Sabtu (11/5/2013).
Dia mengatakan pengiriman perdana itu menjadikan efiensi dari sisi waktu dan biaya karena bila dikirim lewat pelabuhan Pontianak, (Kapuas Hulu - Pontianak) dengan jarak tempuh sekitar 700 km, tentu menelan biaya yang cukup tinggi.
Dia menuturkan Gubernur Kalbar Cornelis telah memberikan dukungan terhadap usaha ini sejak 2009. Menurut gubernur, memang perlu ada pengiriman ekspor CPO langsung ke Sarawak karena produksi CPO tak perlu lagi dibawa ke Pontianak yang jarak tempuhnya sekitar 700 km dari wilayah perbatasan tersebut.
“Karena akan sulit, selain waktu juga kendala infrastruktur jalan. Selain itu, kondisi sungai kadang tidak mendukung. Sementara, ekspor ke Sarawak lewat Badau lebih efisien, pemerintah juga akan untung dengan perkembangan daerah Badau ke depan," tutur Susanto.
Menurutnya, hal itu juga merupakan langkah besar dan strategis untuk pelabuhan darat pertama (inland port) di Kalbar.
Dia mengatakan sejak SK Izin Lokasi Perkebunan Sawit PIP dikeluarkan pada 2007 dengan luas 20.000 hektare, pihaknya tidak langsung menanam sawit, namun melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat terkait perkebunan sawit.
"Setahun kemudian, barulah kami menanam sawit setelah sosialisasi dan studi banding untuk masyarakat," katanya.
Menurutnya, sejauh ini perusahaannya telah membangun di lahan seluas 6.000 hektare. Meskipun perbandingannya belum mencapai 20%, tetapi PIP mengambil kebijakan membangun kebun inti terlebih dahulu, kemudian membangun plasma, dengan porsi yang diyakini akan mencapai 20 : 80.
"Dalam membangun kebun kami harus melibatkan masyarakat. Sejak 1993, Sinar Mas tidak melakukan pembakaran, identifikasi lahan, melakukan penelitian tentang high carbon stock, konservasikan luas dan batas tertentu, bangun sawit suistanable, tak mau ada rekam jejak carbon print," ujarnya.
Dia menyebutkan hingga saat ini, umur tanaman perkebunan sawit milik PIP sudah memasuki tahun keempat, dengan kapasitas pabrik mencapai 40 ton per jam dan bisa ekstend hingga 80 ton per jam.
“Hingga 2012, kebun sawit milik PIP yang merupakan unit usaha Sinar Mas Agro Research & Technologies, memiliki kebun inti seluas 5.294 hektare, kebun plasma 583 hektare, serta PKS CP0 kapasitas 40 ton per jam yang rencananya akan ditingkatkan menjadi 80 ton per jam pada 2015,” tukasnya.
Sementara itu, rencana tanam tahun ini yaitu, kebun inti seluas 1.360 hektare dan kebun plasma 340 hektare di kebun sawit milik PIP yang terletak di Desa Semitau, Kecamatan Semitau Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar. (wde)