BISNIS.COM, JAKARTA -- Produsen industri keramik mulai menaikan harga jual produk sejak awal April 2013. Penaikan ini disebabkan oleh naiknya harga gas industri dan listrik pada April ini.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Elisa Sinaga mengatakan kenaikan tarif dasar listrik dan harga gas industri tahap kedua ini membuat cost production produsen keramik naik hingga 5%-8%. Oleh karena itu, tidak sedikit produsen keramik yang sudah mulai menaikan harga.
Adapun penaikan harga jual keramik berkisar antara 5% hingga 10 %. “Sudah ada yang menaikan, ada juga beberapa yang menaikan awal April kemarin, ada yang pertengahan, ini sesuai dengan strategi perusahaan masing-masing, kan berbeda yah,” kata Elisa usai acara Pembukaan Pameran Keramik dengan nama Keramika 2013 di Jakarta, Kamis (18/4/2013).
Menurutnya, penaikan harga jual bukan hanya dilakukan oleh industri keramik saja, melainkan industri yang menggunakan bahan baku gas dan listrik. Meskipun ada kenaikan harga, pihaknya meyakini industri keramik akan tetap cerah. Hal ini terlihat dari target produsen industri yang hampir seluruhnya terpenuhi.
Asaki memprediksi, industri keramik nasional akan tumbuh sekitar 15%-20% tahun ini. Berdasarkan data Asaki, produksi keramik kuartal 1 mencapai 95 juta meter persegi-100 juta meter persegi. Adapun sampai akhir tahun, diprediksikan bisa memproduksi hingga 390 juta meter persegi.
Sementara itu, untuk penjualan keramik sepanjang kuartal 1 mencapai rata-rata Rp7 triliun-Rp7,5 triliun atau naik sekitar 20% dari kuartal 1 2012 yang sebesar Rp5,5 triliun. Sementara, untuk kuartal II tahun ini, Asaki memperkirakan penjualan keramik akan mencapai sekitar Rp7,5 triliun-Rp7,8 triliun.
Pihaknya berharap tahun ini bisa memperoleh pendapatan dari penjualan hingga Rp30 triliun. Adapun target pendapatan penjualan tahun lalu sebesar Rp24 triliun.
Menurut Elisa, pendapatan dari penjualan keramik paling tinggi akan diperoleh pada pertengahan tahun ini. Pasalnya, pada pertengahan tahun ini akan ada tambahan volume/kapasitas dari beberapa produsen.
“Karena akan ada volume tambahan, jadi ada yang mulai ekspansi lagi, sedang finishing, pertengahan tahun ini akan tambah. Kemudian, karena ada perubahan harga jual mulai dari 5%-10% tadi, jadi pendapatan naik juga,” jelas Elisa.
Elisa menuturkan hal yang paling penting dari industri keramik adalah pasokan gas. Memang, saat ini pasokan gas yang ada masih belum merata di seluruh Indonesia, seperti Sumatera Utara dan Jawa Barat yang masih defisit gas. Dia berharap, pemerintah bisa membantu industri dalam mendapatkan pasokan gas.
“Suplai gas paling penting, kami berharap PT Perusahaan Gas Negara (PGN) bisa memenuhi kebutuhan pasokan gas industri, seperti di Medan dan Jawa Barat kami masih defisit,” lanjutnya.
Di sisi lain, PGN bisa memenuhi kebutuhan gas industri bila memang terdapat pasokan gas yang besar. Direktur Pengusahaan PGN Jobi Triananda mengatakan akan membangun infrastruktur dimana pun, bila di lokasi tersebut tersedia gas. Sementara, di Medan pasokan gas juga sudah sangat minim.
PGN sendiri juga sudah berusahan mencarikan gas dari berbagai produsen, namun memang belum menuai hasil. Ke depannya, pihaknya berkomitmen akan mengembangkan industri di Lampung. “Kita juga ingin memberikan lapangan pekerjaan buat orang lain,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini PGN sedang menggarap proyek floating storage regasification unit (FSRU) Lampung yang akan mulai beroperasi pada 2015. Selain itu, pihaknya juga akan membangun pipa jalur distribusi sepanjang 88 km yang membentang dari Lampung Timur hingga Lampung Selatan dengan investasi senilai Rp371 miliar.
Trend Digital
Elisa mengatakan, cerahnya industri keramik ke depan akan ditopang juga oleh bantuan tekonologi. Tren produk keramik saat ini sudah berkembang ke arah digital dan menggunakan teknologi printing yang mutakhir.
“Jadi mau buat keramik motif apa saja bisa, ukuran pun tak terbatas, sebesar apapun juga bisa. Agar tidak pecah gambarnya, maka butuh teknologi cetakan yang bagus,” katanya.
Indonesia merupakan salah satu produsen utama dunia di bidang keramik atau peringkat keenam diantara 30 produsen teratas pada 2012. Hampir seluruh produksi keramik Indonesia dikonsumsi oleh lokal.
Adapun ekspor, hanya sekitar 10 %. “Ini untuk menjaga market saja, agar industri keramik bisa membayar gas dalam dollar saja,” kata Elisa.
Permintaan domestik yang besar, terutama dari sektor properti dan konstruksi, menciptakan peluang bisnis yang bagus bagi industri keramik lokal. Industri konstruksi di Indonesia telah tumbuh rata-rata 7,6% per tahun antara 2003-2010.
Penjualan Keramik
Penjualan Kuartal 1 2013 : Rp7,5 triliuun
Penjualan Kuartal 2 2013 : Rp5,5 triliun
Kenaikan 20%
Target Penjualan Kuartal 2 : Rp7,8 triliun
Terget penjualan sampai akhir tahun (2012) : Rp30 triliun
Penjualan Tahun 2012: Rp 24 triliun
Kenaikan 25%
Produksi keramik 2012 : 360 juta meter persegi
Produksi keramik 2013 : 390 juta meter persegi
Kenaikan 8,3%
Lokal : 90%, ekspor : 10%
Sumber: Asaki