BISNIS.COM, JAKARTA-- Pasar perhotelan di Jakarta masih memiliki celah untuk produk baru setidaknya hingga 2015 seiring kondusifnya ekonomi Indonesia.
Meyriana Kesuma, Manajer Riset dan Konsultasi Coldwell Banker Indonesia, mengatakan sebagian konsumen hotel cenderung tertarik mencoba hotel-hotel baru dan makin lama frekuensi mereka menginap juga bertambah.
" Sampai 2015, masih ada tempat untuk hotel-hotel baru di Jakarta di semua segmen, meskipun saat ini pengembang lebih suka membangun yang bintang dua dan tiga," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/4).
Dia menambahkan pengembang memiliki preferensi seperti itu karena investasi yang modalnya lebih cepat kembali adalah hotel budget dan bintang tiga. Sedangkan hotel bintang empat dan lima biasanya harus menggunakan jasa operator internasional yang biayanya cukup tinggi.
Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), mengatakan tren proyek properti memiliki siklusnya tersendiri, sesuai perkembangan ekonomi masyarakat.Siklus ini dimulai oleh proyek-proyek komersial seperti rumah toko, setelah 2-3 tahun, siklusnya berganti ke apartemen dan kondominium.
Beberapa tahun lalu, tren sektor perkantoran dan kawasan industri mulai menyusul karena kondisi ekonomi yang makin kondusif. “Setelah itu, hotel baru mengikuti, karena kebutuhan akomodasi meningkat. Saya rasa dalam 2-3 tahun mendatang kondisi pasarnya masih cukup bagus.”
Coldwell Banker Indonesia mencatat, hingga 2014, pasokan baru hotel budget di Jabodebek akan mencapai 2.000 kamar, separuh dari total suplai baru. Hotel- hotel ini pada umumnya menargetkan para pebisnis, terutama di level menengah, dan pelajar yang sedang studi ekskursi.
Sementara itu, Perusahaan riset properti Jones Lang Lasalle Indonesia mencatat pasokan hotel berbintang di Jakarta diperkirakan bertambah 2.337 kamar hingga 2014. Potensi penambahan (if)