BISNIS.COM, JAKARTA—Gejolak harga akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan mereda pada September 2013 apabila pemerintah menerapkan kenaikan harga pada bulan depan.
Lana Soelistianingsih, Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas, mengatakan sampai dengan September 2013, gejolak harga akibat kenaikan harga BBM bersubsidi terjadi bersamaan dengan momen masuk sekolah, puasa, dan lebaran yang berdasarkan siklusnya cenderung mencatatkan level inflasi tinggi.
Akibatnya, gejolak harga tersebut baru akan menunjukkan indikasi mereda setelah 4 bulan penerapan harga baru premiun dan solar, yaitu pada September 2013.
“Seharusnya [gejolak harga akibat kenaikan BBM bersubsidi] bisa netral dalam 2 bulan, tetapi jika Mei dinaikkan, sedangkan Juni-Juli adalah masa masuk sekolah dan puasa serta masa lebaran di Agustus, September baru akan mereda,” katanya saat dihubungi Bisnis, hari ini, Rabu (17/4/2013).
Sementara itu, Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy mengatakan jika berkaca pada tahun lalu, ekspektasi inflasi di tingkat masyarakat dalam merespon kebijakan pemerintah terkait harga BBM bersubsidi akan bertahan selama 4 bulan.
“Waktu pemerintah membahas kenaikan harga BBM pada April tahun lalu, price expectation itu naik dan bertahan selama 4 bulan,” katanya. Namun setelah itu, lanjutnya, ekspektasi inflasi di tingkat masyarakat menunjukkan kecenderungan yang turun.
Leo menuturkan dalam kondisi sekarang, ekspektasi inflasi di tingkat masyarakat akan muncul ketika wacana kenaikan harga menghangat di bulan ini.
Di sisi lain, Lana mengungkapkan ekspektasi inflasi di tingkat masyarakat sudah mulai terlihat indikasinya sejak Februari 2013.
Oleh karena itu saat pemerintah menerapkan kebijakan kenaikan harga, tutur Lana, laju inflasi tidak akan melejit terlalu tinggi karena adanya pengaruh ekspektasi inflasi yang telah terjadi di bulan-bulan sebelumnya.