Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KELANGKAAN SOLAR: Hambat Distribusi Semen

BISNIS.COM, JAKARTA- Asosiasi Semen Indonesia mengeluhkan kelangkaan solar subsidi yang terjadi di beberapa daerah karena menghambat distribusi bahan perekat bangunan.Ketua Asosiasi Semen Indonesia  (ASI) Widodo Santoso mengatakan saat ini terjadi

BISNIS.COM, JAKARTA- Asosiasi Semen Indonesia mengeluhkan kelangkaan solar subsidi yang terjadi di beberapa daerah karena menghambat distribusi bahan perekat bangunan.

Ketua Asosiasi Semen Indonesia  (ASI) Widodo Santoso mengatakan saat ini terjadi kelangkaan solar di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Jawa Timur.

Produsen semen yang melakukan pendistribusian hasil produksi seringkali tidak mendapatkan bahan bakar. Hal ini tentunya menghambat proses pendistribusian semen.

Menurutnya, pengusaha semen menggunakan bahan bakar solar subsidi setelah mendapatkan penjelasan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sebelumnya, banyak ketidakjelasan mengenai penggunaan bahan bakar tersebut.

“Tadinya simpang siur, kami harus menggunakan yang subsidi atau non subsidi untuk pendistribusian produk akhir. Tetapi akhirnya kami sudah dapat penjelasan dari KESDM, kalau hasil produksi akhir menggunakan memang boleh BBM subsidi,” kata Widodo, Rabu (17/4).

Bisa menggunakan BBM subsidi bukanlah hal yang membanggakan. Pasalnya, keberadaan solar saat ini sulit didapat. Untuk itu tidak banyak para produsen yang menunggu sehingga kegiatan produksinya terganggu.

Namun, tidak sedikit juga yang akhirnya menggunakan BBM non subsidi. Yang menjadi masalah, tidak semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) menyediakan BBM non subsidi. “Jadinya ya bagaimana, kami minta kejelasan pasokan.”

Berdasarkan data Badan Pengatur Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) konsumsi BBM bersubsidi jenis solar sepanjang kuartal pertama tahun ini melebihi kuota sebesar 5%.

Anggota BPH Migas Ibrahim Hasyim mengatakan tingginya konsumsi solar tersebut masih disebabkan masih banyaknya penyalahgunaan yang terjadi. Selain itu, kuota BBM bersubsidi jenis solar yang dipatok cukup rendah.  Tingginya konsumsi solar terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia.

"Yang utama juga solar masih banyak penyelewengan, jadi sejak awal kita udah tekan kuotanya," kata Ibrahim. Adapun kuota solar tahun ini memang lebih rendah dari realisasi konsumsi tahun lalu, yaitu hanya 15,11 juta kiloliter dari 15,73 juta kiloliter. (if)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper